Sunday, 19 October 2014



INVERSIO UTERI






Inversio Uteriadalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri.
Pembagian Inversio Uteri
1.      Inversio Uteri Ringan
Fundus uteri terbalik menonjol dalam kavum uteri, namun belum keluar dari rongga rahim.
2.      Inversion Uteri Sedang
Terbalik dan sudah masuk dalam vagina.
3.      Inversio Uteri Berat
Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina. Ada pula yang mmbaginya mnjadi inversion uteri inkomplit, yaitu 1 dan 2, dan komplit 4 seperti 3.
Etiologi Inversio Uteri
Penyebabnya bias terjadi secara spontan atau karena tindakan. Factor yang memudahkan terjjadinya adalah uterus yang lembek, lemah dan tipis dindingnya, tarikan tali pusat yang berlebihan, atau patulous dan kanalis servikalis. Yang spontan dapat terjadi pada grandemultipara, atonia uteri, kelemahan alat kandungan, da tekanan intra abdominal yang tinggi (mengejan dan batuk). Yang Karena tindakan dapat disebabkan cara Crade yang berlebihan, tariakan tali puasat, dan pada manual plasenta yang dipaksakan, apalagi bila ada perlekatan plasenta pada dinding rahim.
Diagnosis dan Gejala Klinis
1.      Dijumpai pada Kala III atau postpartum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang banyak sampai syok, apalagi bila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas, dan dapat terjadi strangulasi dan nekrosis.
2.      Pemeriksaan Dalam
a.       Bila masih inkomplit, maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam
b.      Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
c.       Kavum uteri sudah tifak ada (terbalik)
Penanganan Inversio Uteri
1.      Pencegahan: hati-hati dalam memimpin persalian, jangan terlalu mendorong rahim atau melakukan prasat Crede berulang-uylang dan hati-hatilah dalam menarik tali pusat serta melakukan pengeluaran plasenta dengan tangan.
2.      Bila telah terjadi, maka terapinya adalah:
a.       Bila ada perdarahan atau syok, berikan infuse dan transfuse darah serta perbaiki keadaan umum.
b.      Sesudah itu segera dilakuakn reposisi kalau perlu narkosa.
c.       Bila tidak berhasil maka dilakukan tindakan operatif secara perabdomminam (operasi Haultein) atau pervaginam (operasi menurut Spinelli).
d.      Di luar rumah sakit dapat dibantu dengan melakukan reposisi ringan, yaitu dengan tamponade vaginal, kemudian beriakn antibiotika untuk mencegah infeksi.


Sumber: Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC


No comments:

Post a Comment