EMBOLI AIR KETUBAN
Dihimpun oleh : Ni Luh Dina
Pariani
Menurut
Rukiyah (2010: 309)Emboli air ketuban adalah merupakan salah satu penyebab syok
dalam kebidanan yang bukan disebabkan karena perdarahan, penyebabnya adalah
masuknya air ketuban melalui vena endoserviks atau sinus vena yang terbuka di
daerah tempat perlekatan plasenta, masuknya air ketuban yang mengandung rambut
lanugo, verniks kasiosa dan mekonium ke peredaran darah ibu akan menyumbat
pembuluh-pembuluh kapiler dalam paru-paru ibu, selain itu zat-zat asing dari
janin tersebut juga menimbulkan reaksi anapilaksis yang keras dan gangguan
pembekuan darah.
Emboli
cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan ketuban
memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan yang
akut dan shock. Dua 25% wanita yang
menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli cairan ketuban jarang
dijumpai. Kemungkinan banyak kasus tidak terdiagnosis yang dibuat adalah shock
obstetrik, perdarahan post partum atau edema pulmoner akut. Cara masuknya
cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah
maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat terobek sekalipun pada
persalinan normal ) dan daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan
masuknya cairan ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di
jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli.
Menurut dr. Irsjad Bustaman, SpOG Emboli air ketuban (EAK) adalah
masuknya cairan ketuban beserta komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang
dimaksud komponen di sini ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban
seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin,
dan musin/cairan kental. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid embolism)
merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1
: 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17 kasus yang pernah
dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang dilaporkan sedikit meningkat.EAK umumnya terjadi pada kasus aborsi, terutama
jika dilakukan setelah usia kehamilan 12 minggu. Bisa juga saat amniosentesis
(tindakan diagnostik dengan cara mengambil sampel air ketuban melalui dinding
perut). Ibu hamil yang mengalami trauma / benturan berat juga berpeluang
terancam EAK. Namun, kasus EAK yang paling sering terjadi justru saat
persalinan atau beberapa saat setelah ibu melahirkan (postpartum). Baik
persalinan normal atau sesar tidak ada yang dijamin 100% aman dari risiko EAK,
karena pada saat proses persalinan, banyak vena-vena yg terbuka, yang
memungkinkan air ketuban masuk ke sirkulasi darah ibu. Emboli air ketuban
merupakan kasus yang berbahaya yang dapat membawa pada kematian. Bagi yang
selamat, dapat terjadi efek samping seperti gangguan saraf.
Faktor
Penyebab
Adanya
His yang kuat terutama terus menerus, misalnya pada pemberian uterotonika yang
berlebihan dimana ketuban sudah pecah.
Biasanya pada akhir kala 1 atau segera setelah anak lahir.
Penyebab dari emboli air ketuban adalah sebagai berikut:
1. Multiparitas
dan Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang
dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga pada wanita yang proses
persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit .
Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin yang amat
besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus
menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
2. Janin besar
intrauteri
Menyebabkan
rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan ketubanpun dapat masuk melalui
pembuluh darah.
3. Kematian
janin intrauteri
Juga akan
menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan besar akan ketuban pecah
dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan menyubat aliran darah ibu, sehingga
lama kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena cairan ketuban
menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan menyumbat aliran darah ke
jantung, dengan ini bila tidak tangani dengan segera dapat menyebabkan iskemik
bahkan kematian mendadak.
4. Menconium
dalam cairan ketuban
5. Kontraksi
uterus yang kuat
Kontraksi
uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya laserasi atau rupture
uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena, dengan pembukaan vena, maka
cairan ketuban dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan
menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan akan terjadi
gangguan pola pernapasan pada ibu.
6. Insidensi
yang tinggi kelahiran dengan operasi
Dengan prosedur operasi tidak jauh
dari adanya pembukaan pembuluh darah, dan hal ini dapat terjadi ketuban pecah
dan masuk ke pembuluh darah ibu.
Gejala
yang ditimbulkan
Pertama-tama
penderita tampak gelisah, mual, muntah, dan disertai takikardia dan takipnea.
Selanjutnya timbul dispnea dan sianosis, tekanan darah menurun, nadi cepat dan
lemah, kesadaran menurun disertai nistagmus dan kadang-kadang tibul kejang
tonik klonik. Bila ada penyumbatan kapiler paru-paru akan menyebabkan oedema
paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalah dan payah jantung kanan.
Komplikasi
lain adalah terjadinya gangguan pembekuan darah
Tanda dan gejala embolisme cairan
amnion antara lain :
1. Hipotensi ( syok ), terutama
disebabkan reaksi anapilactis terhadap adanya bahan – bahan air ketuban dalam
darah terutama emboli meconium bersifat lethal.
2. Gawat janin ( bila janin belum
dilahirkan )
3. Edema paru atau sindrom distress
pernafasan dewasa.
4. Henti kardiopulmoner
5. Sianosis
6. Koagulopati
7. Dispnea / sesak nafas yang sekonyong
– konyongnya
8. Kejang , kadang perdarahan akibat
KID merupakan tanda awal.
Gambaran klinis
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa
diduga pada wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan
persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu mulipara berusia lanjut
dengan janin yang amat besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam
cairan ketuban, harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli
cairan ketuban ) .Jika sesak juga didahului dengan gejala mengigil yang diikuti
dyspnea , vomitus , gelisah , dll disertai penurunan tekanan darah yang cepat
serta denyut nadi yang lemah dan cepat .Maka gambaran tersebut menjadi lebih
lengkap lagi . Jika sekarang dengan cepat timbul edema pulmoner padahal
sebelumnya tidak terdapat penyakit jantung , diagnosa emboli cairan ketuban
jelas sudah dapat dipastikan.
Pada uraian ini tidak ada lagi yang ditambahkan kecuali
hasil pemeriksaan selanjutnya menunjukkan bahwa gambaran tersebut biasanya
disertai kegagalan koagulasi darah pasien dan adanya perdarahan dari tempat
plasenta.
Penanganan
Perawatan
pertama ditujukan untuk mengatasi oedema paru-paru dengan pemberian zat asam
dengan tekanan positif. Digitalis dapat diberikan bila ada indikasi payah
jantung. Dapat juga diberikan Morphin 0,01-0,02 subcutan atau atropis
0,001-0,003 IV, perlahan-lahan dan papaverin 0,004 IV perlahan-lahan, pasang
torniket pada lengan dan tungkai untuk meringankan sisi kanan jantung,
kembangkan antara tekanan sistolik dan
diastolik, kalau perlu pasang vena sekti, tidak boleh diberikan vasopresor. Menurut Dengan pemberian transfusi darah segar,
fibrinogen, oxygen dan heparin atau trasylol.
Sementara pada kasus-kasus
yang berat tidak ada sesuatu yang memperbaiki keadaan, tujuan yang dilakukan
pada tindakan yang dilakukan mencakup pengurangan hipertensi pulmoler,
peningkatan perfusijaringan, pengendalian perdarahan dan tindakan suportif
umum:
Oksigen diberikan dengan tekanan
untuk meningkatkan oksigenisasi
Antispasmodik dan vasodilator
seperti papoverin, aminophylin dan trinitrogen dengan monolog. Isoproterenol
meningkatkan ventilasi pulmoner dan mengurangi bronehospasme.
Defek koagulasi harus
dikoreksi dengan menggunakan heparin / fibrinogen
Darah segar diberikan untuk
memerangi kekurangan darah; perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan
pembebanan berlebihan dalam sirkulasi darah
Digitalis berhasiat kalau terdapat
kegagalan jantung
Eksplorasi uterus secara manual
dilakukan untuk menyingkirkan ruptura uteri / retentio placenta
Hidrokortion diberikan baik untuk
membantu mengatasi keadaan yang amat gawat itu maupun khasiat inotropiknya.
No comments:
Post a Comment