IMUNISASI POLIO
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang
bertujuan mencegah penyakit poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat
dikombinasikan dengan vaksin DPT. Terdapat 2 macam vaksin polio :
a. Inactivated
Polio Vaccine (IPV= Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan
dan diberikan melalui suntikan.
b. Oral
Polio Vaccine (OPV= Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.
Bentuk
trivalent (Trivalen Oral Polio Vaccine, TOPV) efektif melawan semua bentuk
polio, sedangkan bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Cara
pemberian dan dosis imunisasi polio, Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali
(polio I, II, III dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi
polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat
masuk SD( 5- 6 tahun) dan pada saat
meninggalkan SD ( 12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin sabin.
Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes ( 0,1 mL) langsung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus
menggunakan penetes ( dropper) yang baru. Cara pemberian:
a. Orang
tua memegang bayi dengan kepala disangga dan dimiringkan ke belakang.
b. Mulut
bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau dengan menekan pipi bayi dengan
jari-jari.
c. Teteskan
2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan alat tetes
menyentuh bayi.
Efek
samping imunisasi polio pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping
berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi.
Kontra
Indikasi pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan, misalnya
sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
No comments:
Post a Comment