Rabu, 29 Oktober 2014
Indikator
utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Dari hasil
penelitian yang ada, angka kematian bayi ini tidak berdiri sendiri, melainkan
terkait dengan faktor-faktor lain, terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu
melahirkan, dan gizi bayi itu sendiri sebagai faktor tidak langsung maupun
langsung sebagai penyebab kematian bayi. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan
gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi untuk bayi yang paling
sempurna dan paling murah adalah ASI atau Air Susu Ibu (Notoatmodjo S, 2007)
Pemberian Air
Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM
sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan
yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi
yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan
saraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan
mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya.
Mengingat
pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun
mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan
benar.
Faktor
keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi
yang benar, teratur, dan eksklusif. Oleh karena itu, salah satu yang perlu
mendapat perhatian adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI
kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan
sampai anak berumur 2(dua) tahun.
Sehubungan
dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004
tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia.
Program Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif mempunyai
dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi. Pemberian ASI di Indonesia belum
dilaksanakan sepenuhnya. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang
memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang
utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan
kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI,
gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja.
Dari data SDKI 1997 cakupan ASI eksklusif
masih 52%, pemberian ASI satu jam pasca persalinan 8%, pemberian hari pertama
52,7%. Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi
dan balita.
Dari survei
yang dilaksanakan pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance
System (NSS) kerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di 4
perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 perdesaan (Sumbar,
Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa cakupan
ASI eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan dipedesaan
4%-25%. Pencapaian ASI eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar antara 1%-13%
sedangkan di pedesaan 2%-13%.
Dari penelitian terhadap 900 ibu di sekitar
Jabotabek (1995) diperoleh fakta bahwa yang dapat memberi ASI eksklusif selama
4 bulan hanya sekitar 5%, padahal 98% ibu tersebut menyusui. Didapatkan juga
bahwa 37,9% dari ibu-ibu tersebut tak pernah mendapatkan informasi khusus
tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif
(Roesli U, 2005).
Pada ibu yang bekerja, singkatnya masa cuti
hamil/melahirkan mengakibatkan sebelum masa pemberian ASI eksklusif berakhir
sudah harus kembali bekerja. Hal ini mengganggu upaya pemberian ASI eksklusif. Dari
berbagai penelitian menunjukan banyak alasan untuk menghentikan ASI dengan
jumlah yang bervariasi : 13% (1982), 18,2% (Satoto 1979), 48% (Suganda 1979),
28% (Surabaya 1992), 47% (Columbia), 6% (New Delhi).
Selain itu
gencarnya promosi susu formula dan kebiasaan memberikan makanan/minuman secara
dini pada sebagian masyarakat, menjadi pemicu kurang berhasilnya pemberian ASI
eksklusif.
Manfaat ASI Eksklusif untuk Bayi
Menurut
Roesli U (2005) dan Alkatiri S (1996), manfaat pemberian ASI yang diperoleh
bayi adalah:
1. ASI sebagai nutrisi.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh.
ASI
yang keluar saat kelahiran bayi sampai hari ke-4 atau ke-7 (kolostrum)
mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat ini akan
melindungi bayi dari penyakit diare (mencret).
1. ASI meningkatkan kecerdasan.
Nutrien pada ASI yang diperlukan untuk
pertumbuhan otak bayi adalah taurin, laktosa, dan asam lemak ikatan panjang
(DHA, AA, omega-3, omega-6).
2. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih
sayang.
Dengan menyusui, maka akan terjalin kasih
sayang antara ibu dan bayinya. Si bayi juga merasa aman, tenteram, dan terjaga.
3. ASI eksklusif sebagai makanan tunggal untuk
memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan.
4. Suhu ASI sama dengan suhu tubuh. Kesesuaian
suhu inilah yang menyebabkan kenyamanan tersendiri bagi bayi.
5. ASI eksklusif dapat mengurangi terjadinya
sakit telinga dan infeksi saluran pernafasan pada bayi.
6. SI eksklusif melindungi bayi dari serangan
alergi.
7. ASI eksklusif meningkatkan daya penglihatan
dan kepandaian bicara bayi.
8. ASI eksklusif membantu pembentukan rahang
yang bagus.
9. ASI eksklusif mengurangi risiko terkena
penyakit kencing manis, kanker pada anak, dan diduga mengurangi kemungkinan
menderita penyakit jantung.
10. ASI eksklusif menunjang perkembangan
motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa berjalan.
11. ASI eksklusif menunjang perkembangan
kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial
yang baik.
Manfaat
ASI Eksklusif untuk Ibu
Menurut
Roesli U (2005) dan Alkatiri S (1996), manfaat ASI eksklusif untuk ibu adalah:
1.
Mengurangi
perdarahan setelah melahirkan.
2. Mengurangi terjadinya anemia.
3. Menjarangkan kehamilan.
4. Mengecilkan rahim.
5. Lebih cepat langsing kembali.
6. Mengurangi kemungkinan menderita kanker
payudara dan kanker indung telur.
7. Kebersihannya terjamin, karena ASI sangat
higienis.
8. Lebih ekonomis (murah), bahkan gratis.
9. Hemat waktu dan tidak merepotkan.
10. Mudah pemberiannya karena tidak perlu
diolah.
11. Segar, siap pakai, sewaktu-waktu dapat
diberikan.
12. Portabel (mudah dibawa kemana-mana) dan
praktis.
13. Memberi kepuasan psikologis dan kebahagiaan
bagi ibu.
Manfaat ASI
Eksklusif untuk Negara
Menurut
Roesli U (2005), pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran negara
karena hal-hal berikut:
1. Penghematan devisa untuk pembelian susu
formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu.
2. Penghematan untuk biaya sakit terutama
sakit muntah-mencret dan sakit saluran nafas.
3. Penghematan obat-obatan, tenaga, dan sarana
kesehatan.
4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang
tangguh dan berkualitas untuk membangun negara.
5. Langkah awal untuk mengurangi dan
menghindari terjadinya lost
generation di indonesia.
Sumber
:
Alkatiri
S. Kajian Imunoglobulin di Dalam ASI pada Berbagai Status Gizi Ibu Menyusui dan
Tingkat Kesehatan Bayi yang Disusui. Airlangga
University Press. Surabaya. 1996;21-24.
Anonim.
Tips Agar ASI Lancar. Tabloid Mingguan Nakita No. 533/TH XI/15-21 Juni 2009.
Hlm 23.
http://netsains.net/2009/07/rahasia-di-balik-keajaiban-asi/. Diakses tgl 29 Oktober 2014
No comments:
Post a Comment