ARTIKEL GAGAL GINJAL
FISIOLOGI GINJAL
Darah dalam kapiler glomerulus , akan
di filtrasi melalui dinding kapiler. Hasil ultrafiltrasi tersebut , mengandung
semua substansi plasma kecuali protein-protein yang berat molekul lebih dari
68.000. filtrat di kumpulkan dalam ruang bowman yang masuk ke tubulus kemudian
di ubah komposisinya sesuai dengan kebutuhan tubuh sebelum meninggalkan ginjal
berupa urin . setelah terjadi filtrasi maka ultrafiltrasi akan mengalami
sekresi reabsorbsi atau keduannya dan hasilnya merupakan eksresi zat-zat.
Tubulus dapat mensekresi zat-zat dari ruang ekstrasel ke lumen tubulus. Cara
sekresi seperti pada reabsorbsi yaitu aktif dan pasif.
Pengertian
Gagal Ginjal
Gagal
ginjal adalah keadaan dimana kedua ginjal tidak bisa menjalankan
fungsinya.
Gagal
ginjal dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Gagal
Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif yang
akhirnya
akan mencapai gagal ginjal terminal.
2. Gagal
Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat kerusakan metabolik
atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang
mendadak
dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dengan atau
tanpa
oliguria sehingga mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan
homeotasis tubuh.
Anatomi Ginjal
Ginjal
adalah organ ekskresi yang berperan penting dalam mempertahankan
keseimbangan
internal dengan jalan menjaga komposisi cairan tubuh/ekstraselular.
Ginjal
merupakan dua buah organ berbentuk seperti kacang polong, berwarna merah
kebiruan.
Ginjal
terletak pada dinding posterior abdomen., terutama di daerah lumbal
disebelah
kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus oleh lapisan lemak yang tebal
di
belakang peritoneum atau di luar rongga peritoneum. Ketinggian ginjal dapat
diperkirakan dari belakang dimulai
dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra
lumbalis
ketiga. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri karena letak hati
yang menduduki
ruang lebih banyak di sebelah kanan.
Masing-masing ginjal
memiliki
panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal 2,5 cm.. Berat ginjal pada pria
dewasa
150-170 gram dan wanita dewasa 115-155 gram.
Ginjal
ditutupi oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat, apabila kapsul di buka
terlihat
permukaan ginjal yang licin dengan warna merah tua.
Ginjal
terdiri dari bagian dalam, medula, dan bagian luar, korteks.
2.2.1.
Bagian dalam (interna) medula.
Substansia
medularis terdiri dari piramid renalis yang jumlahnya antara 8-16 buah yang
mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus
renalis. Mengandung bagian tubulus yang
lurus, ansa henle, vasa rekta dan duktus koligens
terminal.
2.2.2.
Bagian luar (eksternal) korteks.
Subtansia
kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak dan bergranula. Substansia
ini tepat dibawah tunika fibrosa,melengkung sepanjang basis piramid yang
berdekatan dengan sinus renalis,dan bagian dalam di antara piramid dinamakan
kolumna renalis. Mengandung
glomerulus,
tubulus proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan duktuskoligens.
Struktur
halus ginjal terdiri atas banyak nefron yang merupakan satuan
fungsional
ginjal.14 Kedua ginjal bersama-sama mengandung kira-kira 2.400.000
nefron.
Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri. Karena itu fungsi dari satu nefron
dapat menerangkan fungsi dari ginjal.
Nefron
terdiri dari bagian-bagian berikut :
a.
Glomerulus.
Bagian ini merupakan gulungan atau
anyaman kapiler yang
terletak
di dalam kapsul Bowman dan menerima darah arteriolaferen dan
meneruskan
darah ke sistem vena melalui arteriol eferen. Glomerulus
berdiameter
200μm, mempunyai dua lapisan Bowman dan mempunyai dua
lapisan
selular yang memisahkan darah dari dalam kapiler glomerulus dan filtrat
dalam
kapsula Bowman.
b.
Tubulus proksimal konvulta.
Tubulus ginjal yang langsung berhubungan
dengan kapsula Bowman dengan panjang 15 mm dan diameter 55μm.
c. Gelung
henle (ansa henle).
Bentuknya lurus dan tebal
diteruskan ke segmen tipis, selanjutnya ke segmen tebal panjangnya 12 mm, total
panjang ansa henle 2-14 mm.
c.
Tubulus distal konvulta.
Bagian
ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok kelok dan letaknya jauh dari
kapsula Bowman, panjangnya 5 mm. Tubulus distal dari masing-masing nefron
bermuara ke duktus koligens yang panjangnya 20 mm.
d.
Duktus koligen medula.
Ini saluran yang secara metabolik tidak aktif. Pengaturan secara halus
dari ekskresi natrium urine terjadi di sini. Duktus ini memiliki kemampuan
mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.
ANATOMI GINJAL
Fungsi
Ginjal
Fungsi
ginjal secara keseluruhan di bagi dalam dua golongan yaitu :
2.3.1.
Fungsi ekskresi
a.
Mengekskresi sisa metabolisme protein, yaitu ureum, kalium, fosfat, sulfat
anorganik,
dan asam urat.
b.
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
c.
Menjaga keseimbangan asam dan basa.
2.3.2.
Fungsi Endokrin
a.
Partisipasi dalam eritropoesis. Menghasilkan eritropoetin yang berperan
dalam
pembentukan sel darah merah.
b.
Menghasilan renin yang berperan penting dalam pengaturan tekanan
darah.
c. Merubah
vitamin D menjadi metabolit yang aktif yang membantu
penyerapan
kalsium.
d.
Memproduksi hormon prostaglandin, yang mempengaruhi pengaturan
garam dan
air serta mempengaruhi tekanan vaskuler.
2.4.
Epidemiologi GGA
2.4.1.
Distribusi GGA
a.
Distribusi Menurut Orang
GGA dapat
terjadi pada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, umur
ataupun
ras. Menurut penelitian Bates dkk (2000), Boston, Amerika serikat, GGA
paling
banyak diderita oleh laki-laki (71,7%), sedangkan perempuan ada sebesar
28,3%.
Berdasarkan ras jumlah penderita yang berkulit putih adalah sebesar 82,5%,
dan
rata-rata terjadi pada penderita yang berumur 45 tahun.18
Menurut
penelitian Orfeas Liangos dkk (2001), dari 558.032 penderita GGA,
51,8%
adalah laki-laki, sedangkan perempuan sebesar 48,2%. Berdasarkan ras,
jumlah
penderita yang berkulit putih ada sebesar 62,3%, kulit hitam 14,4% dan yang
lainnya
berjumlah 23,4%. Berdasarkan umur, penderita GGA paling banyak diderita
oleh
kelompok umur 60-82 tahun.
Menurut
penelitian Ravindra L. Mehta dkk (2002), dari empat rumah sakit
yang ada
di California Selatan, penderita GGA yang laki-laki ada sebesar 71,6%
sedangkan
perempuan sebesar 28,4%. Berdasarkan ras jumlah penderita yang berkulit
putih
adalah sebesar 59,5% dan paling tinggi terjadi pada mereka yang berusia > 65
tahun
(39,0%).
Menurut
penelitian Sushrut S.Waikar dkk (2006), di Amerika Serikat, dari
439.192
orang penderita GGA, 80,45% adalah penderita berkulit putih, dimana
53,70%
dari jumlah tersebut adalah laki-laki. Penderita yang berkulit hitam sebesar
19,5%
dimana 50,3% dari jumlah penderita yang berkulit hitam tersebut adalah
lakilaki.
b.
Distribusi Menurut Tempat
Menurut penelitian
Atef dkk (1990), dari dua propinsi yang ada di Iran dengan
jumlah
populasi sebanyak 2,3 juta orang, terdapat kasus GGA yaitu sebanyak 30
orang
dimana 12 diantaranya meninggal, dengan angka insidensi 13 kasus/1.000.000
penduduk
(CFR = 40%).
Menurut
penelitian Schiffl dkk (2002), di negara Jerman pada tahun 1998
terdapat
172 orang penderita GGA, dimana 59 orang diantaranya meninggal (CFR =
34,3%).22
Menurut penelitian Katherine L. O’Brien dkk (1996) di Haiti terdapat
kasus GGA
sebanyak 109 orang.
c.
Distribusi Menurut Waktu
Menurut
penelitian Cengiz Utaz, pada tahun 1991 - 1997 di salah satu rumah
sakit di
Kayseri, Turkey, ditemukan penderita GGA yaitu berjumlah 323 orang
penderita.
Menurut Jay L. Xue dkk pada tahun 1992-2001 di salah satu rumah sakit yang
ada
di Amerika Serikat ditemukan 255.228 orang yang menderita penyakit GGA.
Menurut
Sushrut S. Waikar pada tahun 2004, dari 3 rumah sakit yang ada di Amerika
Serikat
ditemukan 99.629 orang yang menderita GGA.
Menurut
penelitian Fernando Liano, di Madrid, Spanyol, pada tahun 1977-
1980
terdapat 202 orang penderita, dan pada tahun 1991 meningkat menjadi 748
orang
penderita.
2.4.2.
Determinan GGA
GGA adalah
suatu penyakit tidak menular yang merupakan suatu sindrom
klinis
yang ditandai dengan penurunan mendadak (dalam beberapa jam sampai
beberapa
hari) laju filtrasi glomerulus (LFG), disertai sisa metabolisme (ureum dan
kreatinin).
GGA merupakan suatu sindrom klinis oleh karena dapat disebabkan oleh
berbagai
keadaan dengan patofisiologi yang berbeda-beda.
a. Host
1.
Umur dan jenis kelamin
Usia
penderita GGA berkisar antara 40-50 tahun, tetapi hampir semua usia
dapat
terkena penyakit ini.27 Menurut penelitian D.W. Bates penyakit GGA paling
banyak
pada penderita yang berumur 45 tahun.18 Menurut penelitian Katherine L.
O’Brien,
Haiti, ditemukan 109 orang penderita GGA yang berumur dibawah 18
tahun.23
Berdasarkan data penyakit ginjal anak di Indonesia yang dikumpulkan dari 7
pusat
pendidikan Dokter Spesialis Anak yaitu Universitas Sumatera Utara,
Universitas
Indonesia , Universitas Padjajaran , Universitas Diponegoro , Universitas
Hasanuddin,
Universitas Gadjah Mada dan Universitas Udayana ditemukan sebanyak
107
orang anak yang menderita penyakit GGA.
Kejadian
pada laki-laki dan perempuan hampir sama. Menurut penelitian
Orfeas
Liangos dkk (2001), dari 558.032 penderita GGA, 51,8% adalah laki-laki,
sedangkan
perempuan sebesar 48,2%.
2.
Pekerjaan
Orang-orang
yang pekerjaannya berhubungan dengan bahan-bahan kimia
akan dapat
mempengaruhi kesehatan ginjal. Bahan-bahan kimia yang berbahaya jika
terpapar
dan masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan penyakit ginjal. Misalnya
pada
pekerja di pabrik atau industri.
3.
Perilaku minum
Air
merupakan cairan yang sangat penting di dalam tubuh. Lebih kurang 68%
berat
tubuh terdiri dari air. Minum air putih dalam jumlah cukup setiap hari adalah
cara
perawatan tubuh terbaik. Air ini sebagai simpanan cairan dalam tubuh. Sebab
bila tubuh
tidak menerima air dalam jumlah yang cukup tubuh akan mengalami
dehidrasi.
Di mulai dengan simpanan air tubuh yang mengalami penurunan yang
mengakibatkan
gangguan kesehatan.
Organ-organ
tubuh yang vital juga sangat peka terhadap kekurangan air, salah
satunya
adalah ginjal. Ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik bila tidak cukup air.
Pada
proses penyaringan zat-zat racun, ginjal melakukannya lebih dari 15 kali setiap
jam, hal
ini membutuhkan jumlah air yang banyak sebelum diedarkan ke dalam
darah.
Bila tidak cukup cairan atau kurang minum, ginjal tidak dapat bekerja dengan
sempurna maka
bahan-bahan yang beredar dalam tubuh tidak dapat dikeluarkan
dengan
baik sehingga dapat menimbulkan keracunan darah dan menyebabkan
penyakit
ginjal.
4. Riwayat penyakit sebelumnya.
Beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan penyakit GGA, yaitu :
a. Penyebab
penyakit GGA Prarenal, yaitu :
1.
Hipovolemia, disebabkan oleh :
a.
Kehilangan darah/ plasma : perdarahan , luka bakar.
b.
Kehilangan cairan melalui gastrointestinal, kulit, ginjal (diuretik,
penyakit
ginjal lainnya), pernafasan, pembedahan.
c. Redistribusi
cairan tubuh : pankreatitis, peritonitis, edema, asites.
2.
Vasodilatasi sistemik :
a. Sepsis.
b. Sirosis
hati.
c.
Anestesia/ blokade ganglion.
d. Reaksi
anafilaksis.
e.
Vasodilatasi oleh obat.
3.
Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung :
a.
Renjatan kardiogenik, infark jantung.
b. Gagal
jantung kongestif (disfungsi miokard, katub jantung).
c.
Tamponade jantung.
d.
Disritmia.
e.
Emboli paru.
B.Penyebab
penyakit GGA renal, yaitu :
1.
Kelainan glomerulus
a.Glomerulonefritis
akut
Glomerulonefritis
akut adalah salah satu jenis GGA renal yang biasanya
disebabkan
oleh kelainan reaksi imun yang merusak glomeruli. Sekitar 95% dari
pasien,
GGA dapat terjadi satu sampai tiga minggu setelah mengalami infeksi
dibagian
lain dalam tubuh, biasanya disebabkan oleh jenis tertentu dari streptokokus
beta grup
A. Infeksi dapat berupa radang tenggorokan streptokokal, tonsilitis
streptokokal,
atau bahkan infeksi kulit streptokokal.31
b.
Penyakit kompleks autoimun
c.
Hipertensi maligna
2.
Kelainan tubulus
a.Nekrosis
Tubular Akut (NTA) akibat iskemia.
Tipe
iskemia merupakan kelanjutan dari GGA prarenal yang tidak teratasi.7
Iskemia
ginjal berat dapat diakibatkan oleh syok sirkulasi atau gangguan lain apapun
yang
sangat menurunkan suplai darah ke ginjal. Jika iskemia berlangsung cukup berat
sampai
menyebabkan penurunan yang serius terhadap pengangkutan zat makanan dan
oksigen ke
sel-sel epitel tubulus ginjal dan jika gangguan ini terus berlanjut,
kerusakan
atau penghancuran sel-sel epitel dapat terjadi. Jika hal ini terjadi, sel-sel
tubulus
hancur terlepas dan menempel pada banyak nefron, sehingga tidak terdapat
pengeluaran
urin dari nefron yang tersumbat, nefron yang terpengaruh sering gagal
mengekskresi
urin bahkan ketika aliran darah ginjal kembali pulih normal, selama
tubulus
masih baik.
Beberapa
gangguan yang menyebabkan iskemia ginjal, yaitu :
1.
Hipovolemia : misalnya dehidrasi, perdarahan, pengumpulan cairan
pada luka
bakar, atau asites.
2.
Insufisiensi sirkulasi : misalnya syok, payah jantung yang berat, aritmi
jantung,
dan tamponade.
b.
Nekrosis Tubular Akut (NTA) akibat toksin
Tipe NTA
yang kedua yaitu terjadi akibat menelan zat-zat nefrotoksik. Zat-zat
yang
bersifat nefrotoksik yang khas terhadap sel epitel tubulus ginjal menyebabkan
kematian
pada banyak sel. Sebagai akibatnya sel-sel epitel hancur terlepas dari
membran
basal dan menempel menutupi atau menyumbat tubulus. Beberapa keadaan
membran
basal juga rusak, tetapi sel epitel yang baru biasanya tumbuh sepanjang
permukaan
membran sehingga terjadi perbaikan tubulus dalam waktu sepuluh sampai
dua puluh
hari.
Gejala-gejala
yang dapat terjadi pada NTA ini, antara lain :
1.
Makroskopis ginjal membesar, permukaan irisan tampak gembung
akibat
sembab. Khas pada daerah perbatasan kortiko medular tampak
daerah
yang pucat.
2.
Histopatologi dikenal 2 macam bentuk kelainan, yaitu lesi nefrotoksik
dan lesi
iskemik.
3.Kelainan
interstisial
a.
Nefritis interstisial akut
Nefritis
interstisial akut merupakan salah satu penyebab GGA renal, yang
merupakan
kelainan pada interstisial. Nefritis interstisial akut dapat terjadi akibat
infeksi
yang berat dan dapat juga disebabkan oleh obat-obatan.7 Menurut penelitian
Fernando,1996,
nefritis interstisial akut merupakan 2,1% dari semua penderita
GGA.
b. Pielonefritis
akut
Pielonefritis
akut adalah suatu proses infeksi dan peradangan yang biasanya mulai
di dalam
pelvis ginjal tetapi meluas secara progresif ke dalam parenkim ginjal.
Infeksi
tersebut dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri, tetapi terutama dari
basil
kolon yang berasal dari kontaminasi traktus urinarius dengan feses.16
4.
Kelainan vaskular
a.
Trombosis arteri atau vena renalis
b.
Vaskulitis.
c.
Penyebab penyakit GGA postrenal, yaitu :
1.
Obstruksi intra renal :
a.
Instrinsik : asam urat, bekuan darah, kristal asam jengkol.
b. Pelvis
renalis : striktur, batu, neoplasma.
2.
Obstruksi ekstra renal :
a. Intra
ureter : batu, bekuan darah.
b. Dinding
ureter : neoplasma, infeksi (TBC).
c. Ekstra
ureter : tumor cavum pelvis.
d. Vesika
urinaria : neoplasma, hipertrofi prostat.
e.
Uretra : striktur uretra, batu, blader diabetik, paraparesis.
2.5.
Klasifikasi GGA
Klasifikasi
GGA dapat dibagi dalam tiga katagori utama, yaitu :
2.5.1.
GGA Prarenal
GGA
Prarenal adalah terjadinya penurunan aliran darah ginjal (renal
hypoperfusion)
yang mengakibatkan penurunan tekanan filtrasi
glomerulus dan
kemudian
diikuti oleh penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG).
Keadaan
ini umumnya ringan yang dengan cepat dapat reversibel apabila
perfusi
ginjal segera diperbaiki. Pada GGA prarenal aliran darah ginjal walaupun
berkurang
masih dapat memberikan oksigen dan substrat metabolik yang cukup
kepada
sel-sel tubulus. Apabila hipoperfusi ginjal tidak segera diperbaiki, akan
mengakibatkan
NTA. GGA prarenal merupakan kelainan fungsional, tanpa adanya
kelainan
histologik atau morfologi pada nefron.
2.5.2.
GGA Renal
GGA renal
yaitu kelainan yang berasal dari dalam ginjal dan yang secara tibatiba
menurunkan
pengeluaran urin. Katagori GGA ini selanjutnya dapat dibagi
menjadi :
a. Keadaan
yang mencederai kapiler glomerulus atau pembuluh darah kecil
ginjal
lainnya
b. Keadaan
yang merusak epitel tubulus ginjal,
c. Keadaan
yang menyebabkan kerusakan interstisium ginjal.
Tubulus ginjal
merupakan tempat utama penggunaan energi pada ginjal, yang
mudah
mengalami kerusakan bila terjadi iskemia atau oleh obat nefrotoksik, oleh
karena itu
kelainan tubulus yang disebut Nekrosis Tubular Akut (NTA) merupakan
penyebab
terbanyak GGA renal.\
2.5.3.
GGA Postrenal
GGA
postrenal adalah suatu keadaan dimana pembentukan urin cukup, namun
alirannya
dalam saluran kemih terhambat. Penyebab tersering adalah obstruksi.
Obstruksi
aliran urin ini akan mengakibatkan kegagalan filtrasi glomerulus dan
transpor
tubulus sehingga dapat mengakibatkan kerusakan yang permanen,
tergantung
berat dan lamanya obstruksi.
KLASIFIKASI GAGAL GINJAL AKUT
2.6.
Perjalanan Klinis GGA
Perjalanan
klinis GGA di bagi menjadi 3 stadium, yaitu :
2.6.1.
Stadium Oliguria
Stadium
oliguria biasanya timbul dalam waktu 24 sampai 48 jam sesudah
terjadinya
trauma pada ginjal. Produksi urin normal adalah 1-2 liter/24jam. Pada fase
ini
pertama-tama terjadi penurunan produksi urin sampai kurang dari 400cc/24 jam.
Tidak jarang
produksi urin sampai kurang dari 100cc/24 jam, keadaan ini disebut
dengan
anuria. Pada fase ini penderita mulai memperlihatkan keluhan-keluhan yang
diakibatkan
oleh penumpukan air dan metabolit-metabolit yang seharusnya
diekskresikan
oleh tubuh, seperti mual, muntah, lemah, sakit kepala, kejang dan lain
sebagainya.
Perubahan pada urin menjadi semakin kompleks, yaitu penurunan kadar
urea dan
kreatinin. Di dalam plasma terjadi perubahan biokimiawi berupa
peningkatan
konsentrasi serum urea, kreatinin, elektrolit (terutama K dan Na).
2.6.2.
Stadium Diuresis
Stadium
diuresis dimulai bila pengeluran kemih meningkat sampai lebih dari
400
ml/hari, kadang-kadang dapat mencapai 4 liter/24 jam. Stadium ini berlangsung 2
sampai 3
minggu. Volume kemih yang tinggi pada stadium ini diakibatkan karena
tingginya
konsentrasi serum urea, dan juga disebabkan karena masih belum pulihnya
kemampuan
tubulus yang sedang dalam masa penyembuhan untuk mempertahankan
garam dan
air yang difiltrasi. Selama stadium dini diuresi, kadar urea darah dapat
terus
meningkat, terutama karena bersihan urea tak dapat mengimbangi produksi urea
endogen.
Tetapi dengan berlanjutnya diuresis, azotemia sedikit demi sedikit
menghilang,
dan pasien mengalami kemajuan klinis yang benar.
2.6.3.
Stadium Penyembuhan
Stadium
penyembuhan GGA berlangsung sampai satu tahun, dan selama masa
itu,
produksi urin perlahan–lahan kembali normal dan fungsi ginjal membaik secara
bertahap,
anemia dan kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit membaik,
tetapi
pada beberapa pasien tetap menderita penurunan glomerular filtration rate
(GFR) yang
permanen.
2.7.
Gejala-Gejala GGA
Gejala
klinis yang terjadi pada penderita GGA, yaitu :
a.
Penderita tampak sangat menderita dan letargi disertai mual, muntah,
diare, pucat
(anemia), dan hipertensi.
b.
Nokturia (buang air kecil di malam hari).
c.
Pembengkakan tungkai, kaki atau pergelangan kaki. Pembengkakan yang
menyeluruh
(karena terjadi penimbunan cairan).
d.
Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki.
e. Tremor
tangan.
f. Kulit
dari membran mukosa kering akibat dehidrasi.
g. Nafas
mungkin berbau urin (foto uremik), dan kadang-kadang dapat
dijumpai
adanya pneumonia uremik.
h.
Manisfestasi sistem saraf (lemah, sakit kepala, kedutan otot, dan kejang).
i.
Perubahan pengeluaran produksi urine (sedikit, dapat mengandung darah,
berat
jenis sedikit rendah, yaitu 1.010 gr/ml)
j.
Peningkatan konsentrasi serum urea (tetap), kadar kreatinin, dan laju
endap
darah (LED) tergantung katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal, serta asupan protein, serum kreatinin
meningkat pada kerusakan
glomerulus.
k. Pada
kasus yang datang terlambat gejala komplikasi GGA ditemukan
lebih
menonjol yaitu gejala kelebihan cairan berupa gagal jantung
kongestif,
edema paru, perdarahan gastrointestinal berupa hematemesis,
kejang-kejang
dan kesadaran menurun sampai koma.
2.8.
Pencegahan
2.8.1.
Pencegahan Primer
Pencegahan
Primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari
diri dari
berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mencegah
terjadinya GGA, antara lain : 13,14,31,33
a. Setiap
orang harus memiliki gaya hidup sehat dengan menjaga pola makan
dan
olahraga teratur.
b.
Membiasakan meminum air dalam jumlah yang cukup merupakan hal
yang harus
dilakukan setiap orang sehingga faktor resiko untuk
mengalami
gangguan ginjal dapat dikurangi.
c.
Rehidrasi cairan elektrolit yang adekuat pada penderita-penderita
gastroenteritis
akut.
d.
Transfusi darah atau pemberian cairan yang adekuat selama pembedahan,
dan pada
trauma-trauma kecelakaan atau luka bakar.
e.
Mengusahakan hidrasi yang cukup pada penderita-penderita diabetes
melitus
yang akan dilakukan pemeriksaan dengan zat kontras radiografik.
f.
Pengelolaan yang optimal untuk mengatasi syok kardiogenik maupun
septik.
g. Hindari
pemakaian obat-obat atau zat-zat yang bersifat nefrotoksik.
Monitoring
fungsi ginjal yang teliti pada saat pemakaian obat-obat yang
diketahui
nefrotoksik.
h. Cegah
hipotensi dalam jangka panjang.
i.
Penyebab hipoperfusi ginjal hendaknya dihindari dan bila sudah terjadi
harus
segera diperbaiki.
2.8.2.
Pencegahan Sekunder
Pencegahan
sekunder adalah langkah yang dilakukan untuk mendeteksi secara
dini suatu
penyakit. Pencegahan dimulai dengan mengidentifikasi pasien yang
berisiko
GGA. Mengatasi penyakit yang menjadi penyebab timbulnya penyakit GGA.
Jika
ditemukan pasien yang menderita penyakit yang dapat menimbulkan GGA
seperti
glomerulonefritis akut maka harus mendapat perhatian khusus dan harus
segera
diatasi.
GGA
prarenal jika tidak diatasi sampai sembuh akan memacu timbulnya
GGA renal
untuk itu jika sudah dipastikan bahwa penderita menderita GGA prarenal,
maka
sebaiknya harus segera diatasi sampai benar-benar sembuh, untuk mencegah
kejadian
yang lebih parah atau mencegah kecenderungan untuk terkena GGA renal.
2.8.3.
Pencegahan Tersier
Pencegahan
tersier adalah langkah yang biasa dilakukan untuk mencegah
terjadinya
komplikasi yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Pada kasus GGA
yang
sangat parah timbul anuria lengkap. Pasien akan meninggal dalam waktu 8 sampai
14 hari. Maka untuk mencegah terjadinya kematian maka fungsi ginjal harus
segera
diperbaiki atau dapat digunakan ginjal buatan untuk membersihkan tubuh dari
kelebihan
air, elektrolit, dan produk buangan metabolisme yang bertahan dalam
jumlah
berlebihan.
Hindari
atau cegah terjadinya infeksi. Semua tindakan yang memberikan risiko
infeksi
harus dihindari dan pemeriksaan untuk menemukan adanya infeksi harus
dilakukan
sedini mungkin. Hal ini perlu diperhatikan karena infeksi merupakan
komplikasi
dan penyebab kematian paling sering pada gagal ginjal oligurik.
Penyakit
GGA jika segera diatasi kemungkinan sembuhnya besar, tetapi
penderita
yang sudah sembuh juga harus tetap memperhatikan kesehatannya dan
memiliki
gaya hidup sehat dengan menjaga pola makan, olahraga teratur, dan tetap
melakukan
pemeriksaan kesehatan (medical check-up) setiap tahunnya, sehingga jika
ditemukan
kelainan pada ginjal dapat segera diketahui dan diobati.13
2.9.
Pengobatan
Prinsip
pengobatan GGA adalah sebagai berikut :
2.9.1.
Pengobatan Penyakit Dasar
Sekalipun
GGA sudah terjadi (menetap), setiap faktor prarenal harus dikoreksi
dengan
maksud memperbaiki sirkulasi dan mencegah keterlambatan penyembuhan
faal
ginjal.
Defisit
volume sirkulasi oleh sebab apapun harus segera diatasi. Sebagai
parameter
dapat digunakan pengukuran tekanan vena sentralis jika fasilitas ada,
dengan
demikian over hidrasi bisa dicegah.
Terhadap
infeksi sebagai penyakit dasar harus diberikan pengobatan yang
spesifik
sesuai dengan penyebabnya, jika obat-obatan, misalnya antibiotika diduga
menjadi
penyebabnya, maka pemakaian obat-obatan ini harus segera dihentikan.
Terhadap
GGA akibat nefrotoksin harus segera diberikan antidotumnya, sedangkan
zat-zat
yang dapat dialisis harus dilakukan dialisis secepatnya.
2.9.2.
Pengelolaan Terhadap GGA
a.
Pengaturan Diet
Selama
48-72 jam pertama fase oligurik terjadi peningkatan urea darah akibat
pemecahan
jaringan yang hebat. Selama periode ini pemberian protein dari luar harus
dihindarkan.
Umumnya untuk mengurangi katabolisme, diet paling sedikit harus
mengandung
100 gram karbohidrat per hari. Seratus gram glukosa dapat menekan
katabolisme
protein endogen sebanyak kira-kira 50%.
Setelah
3-4 hari oligurik, kecepatan katabolisme jaringan berkurang dan
pemberian
protein dalam diet dapat segera dimulai. Dianjurkan pemberian 20-40
gram
protein per hari yang mempunyai nilai biologis yang tinggi (mengandung asam
amino
esensial) seperti telur, susu dan daging. Pada saat ini pemberian kalori harus
dinaikkan
menjadi 2000-2500 kalori per hari, disertai dengan multivitamin.
Batasi
makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jeruk dan kopi).
Pemberian
garam dibatasi yaitu, 0,5 gram per hari.
b.
Pengaturan kebutuhan cairan dan keseimbangan elektrolit
1. Air
(H2O)
Pada GGA
kehilangan air disebabkan oleh diuresis, komplikasi-komplikasi
(diare,
muntah). Produksi air endogen berasal dari pembakaran karbohidrat, lemak, dan
protein yang banyak kira-kira 300-400 ml per hari. Kebutuhan cairan perhari
adalah
400-500 ml ditambah pengeluaran selama 24 jam.
2. Natrium
(Na)
Selama
fase oligurik asupan natrium harus dibatasi sampai 500 mg per 24 jam.
Natrium
yang banyak hilang akibat diare, atau muntah-muntah harus segera diganti.
c.
Dialisis
Tindakan
pengelolaan penderita GGA disamping secara konservatif, juga
memerlukan
dialisis, baik dialisis peritoneal maupun hemodialisis. Tindakan ini
dilaksanakan
atas indikasi-indikasi tertentu. Pemilihan tindakan dialisis peritonial
atau
hemodialisis didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan indivual penderita.
d. Operasi
Pengelolaan
GGA postrenal adalah tindakan pembedahan untuk dapat
menhilangkan
obstruksinya. Kadang-kadang untuk dapat dilakukan operasi
diperlukan
persiapan tindakan dialisis terlebih dahulu.
No comments:
Post a Comment