EMBRIOGENESIS
OLEH : NI LUH DINA PARIANI
Masuknya
inti spermatozoa ke dalam sitoplasma “vitellus” membangkitkan kembali
pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan “metaphase”. Proses pemecahan dan
pematangan mengikuti bentuk anaphase dan telofase sehingga pronukleusnya
menjadi “haploid”. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling
mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan membawa
kode genetik dari pihak pria maupun wanita.
Setelah pertemuan kedua
inti ovum dan spermatozoa terbentuk zigot yang dalam beberapa jam akan membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya.
Berbarengan dengan pembelahan inti, hasil konsepsi terus berjalan menuju
uterus. Hasil pembelahan sel memenuhi seluruh ruangan dalam ovum yang besarnya
100mu atau 0,1mm dan disebut stadium morula.
1. Zigot mengalami mitosis.
2. Stadium
2 sel dalam 36 jam.
3. Stadium
4 sel dalam 40 jam.
4. Stadium
8 sel berbentuk gumpalan longgar.
5. Stadium
16 sel dalam 3 hari setelah fertilisasi.
6. Stadium
morula lanjut terjadi pada 4 hari setelah fertilisasi.
Fertilisasi adalah
proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi di pars ampulla tuba
fallopii.Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan
selanjutnya masuk kedalam saluran telur.Pergerakan naik ini disebabkan oleh
kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat membuahi oosit,
mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom.
Kapasitasi adalah
suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, yang pada manusia
berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu ini, suatu selubung dari glikoprotein
dari protein-protein plasma dibuang dari
selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang
menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi
akrosom. Reaksi akrosom terjadi setelah
penempelan ke zona pelusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini
berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona
pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin.
Fase fertilisasi mencakup fase 3
fase:
1.
Penembusan korona radiata.
2.
Penembusan zona pelusida.
Zona pelusida adalah
sebuah perisai glikoprotein yang mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi
reaksi kromosom. Hanya 1 spermatozoa diantara 200-300 juta spermatozoa yang ada
di saluran kelamin yang berhasil menembus zona pelusida. Saat spermatozoa masuk
ke dalam membrane oosit, spermatozoa lain tidak akan bisa masuk lagi karena
aktifasi dari enzim oosit sendiri
3.
Fusi oosit dan membran plasma.
Spermatozoa bergerak
masuk ke membrane oosit dan mencapai inti oosit. Perlu diketahui bahwa
spermatozoa dan oosit masing-masing memiliki 23 kromosom (haploid), selama masa
penyatuan masing-masing pronukleus melakukan sintesis DNA. Segera setelah
sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk melakukan pembelahan
secara mitosis yang normal. Dua puluh tiga kromosom dari ibu dan dua puluh tiga
kromosom dari ayah membelah sepanjang sentromer, dan kromatid-kromatid yang
berpasangan tersebut saling bergerak ke kutub yang berlawanan, sehingga
menyiapkan sel zigot yang masing-masing mempunyai jumlah kromosom yang normal.
Kemudian
24 jam setelah fertilisasi, oosit yang telah dibuahi mulai pembelahan
pertamanya Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian
pembelahan mitosis yang mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel
ini dikenal sebagai blastomer yang akan berbentuk seperti gumpalan yang padat.
Selanjutnya 3 hari
setelah pembuahan, sel-sel embrio yang termampatkan tersebut, membelah lagi
membentuk morula. Morula adalah, kumpulan dari 16-32 sel blastomer. Karena
sel-sel ini muncul dari pembelahan (cleavage) dari zigot dan semua terdapat
pada zona pelusida yang tidak bisa membesar, jadi pertumbuhannya tidak banyak
terlihat. Setiap sel yang baru besarnya sama dengan sel awal dan nama morula
berarti mulberry, karena mirip seperti kumpulan sel-sel setengah bulat.
Pada
hari ke-4 setelah inseminasi, sel terluar dari morula yang masih diselubungi
dengan zona pelucida mulai berkumpul membentuk suatu pemadatan. Sebuah rongga terbentuk di interior blastokista dan Kira-kira pada
waktu morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk
ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam (inner cell mass).
Sel-sel embrio berkembang dari inner cell mass yang sekarang disebut
embrioblast. Sedangkan sel-sel di massa sel luar atau trofoblast, menipis dan
membentuk dinding epitel untuk blastokista. Zona pelusida kini sekarang sudah
menghilang.
Pada
akhir hari ke-5 embrio melepaskan diri dari zona pelusida yang membungkusnya.
Melalui serangkaian siklus pengembangan-kontraksi embrio menembus selimut pelusida.
Hal ini didukung oleh enzim yang dapat melarutkan zona pelusida pada kutub
embrionik. Pelepasan embrio ini dinamakan hatching. Polaritas dari
embrio dapat terlihat pada waktu pembentukan kutub embrionik dan kutub abembrioalik.
Ha ini jelas terlihat ketika meneliti blastokista dimana inner cell mass sudah
terbentuk. Polaritas lebih terfokus pada satu kutub dari interior belahan
blastokista yang terdiri dari blastomer
Pada perkembangan hari ke-8,
blastokista sebagian terbenam di dalam stroma endometrium.Pada daerah di atas
embrioblast, trofoblast berdiferensiasi menjadi 2 lapisan:
2.
sinsitiotrofoblast.
No comments:
Post a Comment