INFERTILE
ATAU KEMANDULAN
Oleh : Fita Fitriani
Pengertian
: Infertilitas adalah kemampuan seorang istri untuk menjadi hamil dan
melahirkan bayi hidup dari suami yang mampu menghamilinya (Widyastuti, 2009).
Pasangan infertil adalah pasangan yang telah kawin dan hidup harmonis serta
telah berusaha selama satu tahun tetapi belum hamil (Manuaba, 1999).
Etiologi
:
Menurut Baradero (2006), etiologi infertilitas disebabkan oleh : wanita (uterus abnormal, disfungsi hipofisis, tiroid, adrenal, dan ovarium, disfungsi
ovulasi dapat mengahambat pematangan dan keluarnya ovum, pid, obstruksi tuba
fallopi, penyakit pada serviks dan uterus yang bisa menghambat jalannya sperma
yang aktif, malnutrisi, anemia berat, ansietas), pria (testis tidak turun, anomali lain yang bisa menghambat
pematangan sperma, defisiensi hormon (hipofisis, tiroid, adrenal), kerusakan
testis karena penyakit, orkitis dari mump (gondongan), prostatis, rokok dan alcohol),
wanita dan pria (penyakit menular
seksual, kanker yang bisa menyebabkan obstruksi pertemuan sperma dan ovum, lain-lain
: inkompatibilitas imunologis dapat mensegah penetrasi ovum oleh sperma,
masalah perkawinan).
Patofisiologi
: Menurut
Baradero (2006), sekitar 95 % dari disfungsi pada system reproduksi dikaitkan
dengan anovulasi, kelainan anatomis pada traktus genital wanita, dan produksi
sperma yang tidak normal. Disfungsi ovulasi adalah penyebab utama dari
infertilitas. Obstruksi tuba fallopi adalah gangguan struktur yang lazim.
Penyebab obstruksi yang paling lazim ditemukan adalah salpingitis akut karena
infeksi gonorea atau klamedia. Infeksi pelvis, pemakaian IUD, dan endometriosis
juga bisa menyebabkan obstruksi tuba. Infeksi bisa merusak kelenjar-kelenjar
yang menyekresi mucus yang membantu kelangsungan hidup dan motilitas sperma.
Kurangya estrogen bisa menyebabkan volume dan kualitas mucus serviks menurun.
Kelainan pada uterus termasuk leiomioma bisa mengganggu implantasi ovum yang
telah dibuahi. Sekitar 40%dari infertilitas menyangkut masalah produksi sperma.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa rokok bisa menyebabkan infertilitas.
Nikotin mempunyai efek yang negatif terhadap transportasi dan implantasi ovum
yang telah dibuahi. Malnutrisi juga mempengaruhi sekresi hipofisis dan
gonadotropin. Infertilitas bisa mengakibatkan efek psikologis yang sangat berat
pada suami/istri. Ketidakmampuan untuk mendapat keturunan bisa mempengaruhi
semua aspek hidup/suami. Mengikuti pemeriksaan dan pengobatan dapat pula
memberi pengharapan yang kemudian bisa menjadi keputusasaan apabila pengobatan
gagal.
Klasifikasi
Infertilitas : Menurut Widyawati (2009), infertilitas
dibagi menjadi dua, yaitu : Infertilitas Primer (Jika istri belum berhasil hamil walaupun bersenggama teratur dan
dihadapkan pada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut), Infertilitas Sekunder (Jika istri pernah hamil akan tetapi
tidak berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-turut)
Faktor-Faktor
Infertilitas pada Suami-Istri : Menurut Manuaba (1999),
faktor-faktor infertilitas yaitu : suami
(hipospadia (muara saluran kemih terletak di permukaan bawah zakar), ejakulasi
retrograde (ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung kemih), terdapat
varikokel (pelebaran pembuluh bali tali pusat), buah zakar mengecil, buah zakar
yang tidak turun, kemampuan ereksi kurang, kelainan pada pembentukan
spermatozoa, gangguan pada sperma dan spermatozoa), istri (liang senggama (vagina) 5%, mulut rahim (serviks) 5%, uterus
5%, tuba fallopi 50-60%, indung telur (ovarium) 10-15%, factor lapisan dalam
abdomen (peritoneum) 5%, gangguan system hormonal wanita dan dapat disertai
kelainan bawaan, gangguan pada pelepasan telur (ovulasi), gangguan pada korpus
luteum (defisiensi korpus luteum), gangguan implantasi hasil konsepsi dalam
rahim)
Pemeriksaan
Pasangan Infertilitas
Menurut
Widyawati (2009), sekitar 1 dari 5 pasangan akan hamil dalam 1 tahun pertama
pernikahan dengan senggama yang normal dan teratur.
Riwayat
penyakit dan pemeriksaan
Pemeriksaan awal dari pasangan infertile
mencakup riwayat penyakit, riwayat perkawinan terdahulu dan sekarang serta
pemeriksaan terhadap masing-masing pasangan. Sungguh baik jika pertama kali
pasangan diperiksa bersama-sama, karena dokter yang memeriksa akan dapat
meniali interaksi mereka, untuk pemeriksaan berikutnya lebih baik dinilai
sendiri-sendiri
Analisis
sperma
Analisis sperma harus dilakukan pada
tahap awal, contoh sperma dikumpulkan dalam wadah gelas, tidak boleh pakai
karet kondom, kemudian harus dikirim ke laboratorium dalam masa dua jam dari
ejakulasi. Tidak adanya semen didalam dua atau lebih contoh semen merupakan
indikasi untuk pemeriksaan ulang. Tiadanya fruktosa didalam contoh semen
menjadi petunjuk tiadanya vesikula dan vasa seminalis yang bersifat kongrnital,
ini menjadi patokan bahwa pemeriksaan
fungsi testis berikutnya tidak ada gunanya. Apabila fruktosa dalam
contoh semen ada, maka perlu dilakukan biopsy testis.
Uji
pasca senggama (UPS)
Apabila telah diyakini bahwa analisis
spermanya normal, maka UPS bisa dijadwalkan. Ini akan memperlihatkan apakah
semen sudah terpancar dengan baik ke puncak vagina selama senggama. UPS
dilakukan sekitar 2-3 hari sebelum perkiraan ovulasi. Pasien diminta datang 2-8
jam setelah senggama normal. Getah serviks dihisap dari kanal endoserviks yang
pada tahap ini harus banyak dan bening. Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop.
Jika dijumpai 20 sperma perlapangan pandang, harapan untuk kehamilan cukup
besar jika 1-20 sperma aktif perlapang pandang. Uji ini harus dilakukan
sekurang-kurangnya pada dua keadaan yang terpisah, hasil negatif bisa
disebabkan oleh tehnik senggama.
Pembasahan
dan pemantauan ovulasi
UPS dapat menyingkirkan sebab
infertilitas suami, dan yang sangat penting adalah ovarium secara teratur
menghasilkan ovum. Riwayat haid dapat memberikan pegangan terhadap hal ini.
Ovulasi lebih mungkin terjadi jika siklus haid berlangsung teratur dan dengan
jumlah darah haid yang sedang untuk jangka waktu 3-5 hari. Haid yang tak
teratur dan sedikit menjadi pertanda siklus anovulatorik. Sebagian wanita
merasakan nyeri pada satu sisi fossa illiaka untuk 12-24 jam pada saat ovulasi,
dan hal ini mungkin bersamaan atau tanpa dosertai pendarahan ringan atau dengan
suatu peningkatan limbah vagina. Matalgia prahaid menandakan adanya suatu
korpus luteum yang aktif, artinya ovulasi sebelumnya telah terjadi dalam siklus
itu.
Uji
pakis
Dibawah pengaruh estrogen, getah serviks
yang dikeringkan pada obyek glass akan mengalami kristalisasi dan menghasilkan
suatu pola daun pakis yang cukup khas. Ini terjadi antara hari ke 6 samapai
hari ke 22 dari siklus haid dan kemudian akan dihambat oleh progesterone.
Hambatan ini biasanya akan tampak pada hari ke 23 hingga haid berikutnya.
Menetapnya pola pakis setelah hari ke 23 ini menunjukkan bahwa ovulasi tidak
terjadi. Darah dan semen juga dapat menghambat pembentukan lukisan pakis itu
sehingga hasi, yang salah sering dijumpai pada uji ini.
Suhu
basal badan
Pada beberapa wanita, suhu basal badan
meningkat pada fase progresteron dari siklus haid. Cara ini juga dapat
menentukan apakah telah terjadi ovulasi. Suhu basal badan diambil setiap hari
pada saat terjaga pagi hari, sebelum bangkit dari tempat tidur, ataupun makan
minum. Nilainya ditandai pada kertas grafik. Jika wanita anovulasi grafik akan
memperlihatkan pola bifasik yang khas (tipikal).
Sitologi
vagina atau endoserviks
Epitel dari sepertiga lateral atas
dinding vagina memberikan respon yang ada pada hormone ovarium. Pemeriksaan ini
dilakukan secara serial. Sekarang telah dikembangkan pemeriksaan dari
endoserviks pada fase pasca ovulasi dengan pengembalian tunggal (tanpa serial).
Perubahan sitologik dengan melihat indeks kariopiknotik dapat dipaki untuk
menentukan ada tidaknya ovulasi.
Biopsi
endometrium
Biopsi endometrium bisa dilakukan secara
poliklinis tanpa anastesi, dengan memakai sendok murret kecil tanpa dilatasi
serviks. Saat yang tepat adalah fase sekresi, yaitu sekitar 5-7 hari sebelum
hari haid berikutnya.
Laparaskopi
Cara ini memungkinkan visualisasi
langsung secara endoskopik baik ovulasi yang baru saja terjadi dengan adanya
bintik ovulasi, maupun adanya korpus luteum sebagai hasil ovulasi diwaktu yang
lebih dini dari siklus itu.
Psikologi
Pasangan Infertil
Pasangan-pasangan
infertilitas memerlukan dukungan psikologis. Infertilitas dapat menimbulkan
rasa tidak mampu, kehilangan jati diri atau ketakutan tentang seksualitas
mereka sendiri. Terutama jika salah satu pasangan ditemukan bermasalah.
Kemarahan, tuduhan atau depresi dapat menonjol karena fustrasi dan kekecewaan
muncul kembali setiap bulan selama belum terjadi kehamilan. Sebagian orang
mungkin begitu terobsesi dengan suhu tubuh basal, hubungan seks yang terjadwal
dan aspek terapi sehingga hubungan interpersonal diantara pasangan menjadi
terganggu. Mungkin terdapat beban atau stress tambahan akibat hanya pemeriksaan
dan pengobatan. Banyak asuransi yang hanya membayar sedikit atau tidak sama
sekali untuk biaya-biaya yang dikeluarkan. Infertilitas dapat menyebabkan
pasien mengalami semua fase reaksi kesedihan, penyangkalan, kemarahan,
penawaran, depresi dan penerimaan. Banyak pasangan bersedia mencoba berbagai
teknik yang mereka baca atau dengar, terutama dari teman atau saudara yang
dekat. Kelompok pendukung dapat membantuorganisasi nasional RESOLVE dapat
memberikan dukungan informal dan rujukan untuk konseling dengan ahlinya
(Benson, 2008).
No comments:
Post a Comment