Oleh : Siska Septyarina
Penyebab
hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Perubahan-perubahan
anatomic pada otak, jantung, hati dan susunan saraf disebabkan oleh kekurangan
vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
Beberapa faktor predisposisi
dan faktor lain yang
ditemukan:
1. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, molahidatidosa dan
kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada molahidatidosa
dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan,
karena pada kedua keadaan tersebut hormon Khorionic
gonadotropin dibentuk berlebihan.
2.
Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan
ini merupakan faktor organik.
3.
Alergi sebagai salah satu respon
dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor
organik.
4.
Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini
walaupun hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Rumah tangga
yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental
yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagi pelarian kesukaran hidup. Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru
sudah dapat membantu mengurangi frekuensi muntah klien.
1.1.1
Patofisiologi
Secara fisiologis, rasa mual terjadi akibat kadar estrogen
yang meningkat dalam darah sehingga mempengaruhi sistem pencernaan, tetapi mual
dan muntah yang terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, serta
penurunan klorida urine yang selanjutnya menyebabkan hemokonsentrasi yang
mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya toksik.
Pemakaian cadangan karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak tidak
sempurna, sehingga terjadi ketosis. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi yang
berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak hepar. Selaput
lendir esofagus dan lambung dapat robek (sindrom Mallory-Weiss), sehingga
terjadi perdarahan gastrointestinal.
No comments:
Post a Comment