Oleh : Siska Septyarina
1.1 Menurut
Runiari (2010), banyak faktor yang berhubungan dengan kejadian hyperemesis gravidarum seperti umur ibu, paritas, pekerjaan, umur kehamilan, status gizi, dan
psikologis ibu.
a.
Umur ibu
Umur
< 20 tahun secara psikologis emosinya belum labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami
keguncangan yang mengakibatkan
kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan
zat-zat gizi selama kehamilanya sehingga dapat menimbulkan hypermesis gravidarum.
b.
Paritas
Hypermesis garvidarum
cenderung terjadi pada ibu hamil primipara. Hal ini disebabkan belum adanya persiapan fisik dalam menghadapi kehamilan serta pengalaman dalam masa kehamilan sehingga
menimbulkan rasa takut semasa kehamilan.
c.
Pekerjaan
Takut kehilangan pekerjaan, tekanan pekerjaan, serta
beban kerja yang berat dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat terjadinya hyperemesis gravidarum.
d.
Umur kehamilan
Pada
umumnya hyperemesisgravidarum
mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan
selanjutnya akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu. Namun pada beberapa
kasus dapat berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya.
e.
Status gizi
Kejadian
hyperemesis gravidarum
dapat meningkat pada wanita yang mengalami pembatasan dalam pemenuhan
kebutuhan nutrisi (contohnya wanita yang menjalankan puasa). pembatasan dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
dapat menimbulkan efek samping terhadap volume cairan amnion sehingga perlu
dipertimbangkan pelaksanaan puasa pada wanita hamil.
f.
Psikologis ibu
Kehamilan
yang tidak direncanakan dan tidak diinginkan dapat menyebabkan terjadinya
perasaan berduka serta konflik. Hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis
penyebab ternjadinya Hyperemesis gravidarum.
No comments:
Post a Comment