RUSTER UNTAN RONY HIDAYAH
PERSALINAN WATER BIRTH (PERSALINAN DI AIR)
A.
Pengertian
Water Birth
Persalinan di air (Inggris: waterbirth)
adalah proses persalinan atau proses melahirkan yang dilakukan di dalam air
hangat. Melahirkan dalam air (water birth), adalah suatu metode melahirkan secara normal melalui
vagina di dalam air. Konsep mengenai metode ini ternyata telah timbul sejak
lama, sejak tahun 1960-an dari pemikiran seorang peneliti Rusia, Igor
Charkovsky. Metode ini terus dikembangkan dan akhirnya mulai dibuat protokol medisnya sejak tahun
1991 di Rumah Sakit Monadnock Community, New Hampshire, Amerika Serikat. Kini,
rumah sakit di Amerika dan Inggris telah banyak menggunakan dan menerapkan
metode ini di Rumah Sakit.
Secara prinsip, persalinan dengan metode
water birth tidaklah jauh berbeda dengan metode persalinan normal di atas
tempat tidur, hanya saja pada metode water birth persalinan dilakukan di dalam
air sedangkan pada persalinan biasa dilakukan di atas tempat tidur. Perbedaan
lainnya adalah pada persalinan di atas tempat tidur, calon ibu akan merasakan
jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan persalinan menggunakan metode water
birth. Ada yang mengatakan persalinan dengan water birth dapat mengurangi rasa
sakit hingga mencapai 40-70%.
B.
Metode
Water Birth
Ada
dua metode persalinan di air, yaitu :
1.
Water birth murni,
yaitu metode persalinan water birth dimana ibu masuk ke kolam persalinan
setelah mengalami pembukaan 6 sampai proses melahirkan terjadi.
2.
Water birth emulsion,
yaitu metode persalinan water birth dimana ibu hanya berada di dalam kolam
hingga masa kontraksi akhir. Proses melahirkan tetapdilakukan di tempat tidur.
C.
Alat-alat
yang Digunakan Untuk Persalinan Water Birth
1.
Termometer air
2.
Termometer ibu
3.
Doppler anti air
4.
Sarung tangan
5.
Pakaian kerja (apron)
6.
Jaring untuk mengangkat
kotoran
7.
Alas lutut kaki bantal,
instrumen partus set
8.
Shower air hangat
9.
Portable/permanent pool
10. Handuk,
selimut
11. Warmer
dan peralatan resusitasi bayi
Persalinan
dengan metode water birth ini juga sudah banyak diterapkan di beberapa pusat kesehatan
dan rumah sakit di Indonesia seperti di Jakarta dan Bali. Beberapa peralatan
yang diperlukan dalam water birth adalah kolam plastik berukuran cukup besar
(diameter 2 meter) dengan benjolan – benjolan dibagian bawahnya agar ibu tidak
merosot saat persalinan berlangsung. Ketinggian air di dalam kolam juga harus
diatur supaya berada di atas pusar baik saat ibu dalam posisi duduk, jongkok
atau tiduran. Posisi saat melahirkan dapat dilakukan sebebas mungkin bisa
sambil duduk, menghadap ke belakang atau terserah nyamannya si ibu.
Selain
itu juga diperlukan water heater dan termometer untuk menjaga suhu air agar
tetap dalam suhu 35-38ºC. Hal ini bertujuan agar bayi tidak merasakan perbedaan
suhu yang ekstrem antara di dalam perut dengan di luar dan agar bayi tidak
mengalami hipotermia. Suhu air yang hangat juga menjadi sebab mengapa bayi
sesaat setelah dilahirkan di dalam air tidak akan menangis, karena bayi masih
merasa berada di dalam kandungan akibat suhu air yang tetap hangat. Air yang
digunakan juga air suling yang steril dan tidak mengandung kuman sehingga tidak
akan menimbulkan infeksi apabila tertelan.
D.
Hal-hal
Yang Diperhatikan Untuk Persalinan Water Birth
1.
Ibu mengambil sikap
yang dirasakan aman dan nyaman untuknya. Keleluasaan gerakan yang mengijinkan
ibu mengambil posisi yang tepat untuk bersalin. Ibu masuk berendam ke dalam air
direkomendasikan saat pembukaan serviks 4-5 cm dengan kontraksi uterus baik.
2.
Observasi dan
monitoring antara lain :
a.
Fetal Heart Rate (FHR)
dengan doppler atau fetoskop setiap 30 menit selama persalinan kala I aktif, kemudian
setiap 15 menit selama persalinan kala II. Auskultasi dilakukan sebelum,
selama, dan setelah kontraksi.
b.
Penipisan dan Pembukaan
serviks dan posisi janin. Pemeriksaan vagina (VT) dapat dilakukan di dalam air atau pasien di minta
sementarakeluar dari air untuk diperiksa.
c.
Status Ketuban, jika
terjadi ruptur ketuban, periksa FHR, dan periksaadanya prolaps tali pusat. Jika
cairan ketuban mekonium, pasien harusmeninggalkan kolam.
d.
Tanda vital ibu
diperiksa setiap jam, dengan suhu setiap 2 jam (atau jika diperlukan). Jika ibu
mengalami pusing, periksa vital sign, ajarkan ibu mengatur napas selama
kontraksi.
e.
Hidrasi Ibu. Dehidrasi
dibuktikan dengan adanya takikardi ibu dan janindan peningkatan suhu badan ibu.
Jika tanda dan gejala dehidrasi terjadi,ibu diberi cairan, jika tidak berhasil
pasang infus ringer laktat (RL).
E.
Tahap
Persalinan Water Birth
1.
Mengedan seharusnya
secara fisiologis. Ibu diperkenankan mengedanspontan, risiko ketidak seimbangan
oksigen dan karbondioksida dalamsirkulasi maternal-fetal berkurang, dan juga
akan dapat melelahkan ibu danbayi.
2.
Persalinan, bila
mungkin metode ”hand off”. Ini akan meminimalkanstimulasi.
3.
Lahirnya kepala bayi
difasilitasi oleh adanya dorongan lembut kontraksi uterus. Sarung tangan
digunakan penolong untuk melahirkan bayi. Sokong perineum, massage, dan tekan
dengan lembut jika diperlukan. Ibu dapat mengontrol dorongan kepala dengan
tangannya.
4.
Manipulasi kepala
biasanya tidak diperlukan untuk melahirkan bayi karena air memiliki kemampuan untuk mengapungkan. Walaupun
demikian, pasien perlu berdiri membantu mengurangi atau memotong dan mengklem
lilitan tali pusat. Meminimalkan rangsangan mengurangi risiko gangguan
pernapasan.
5.
Bayi seharusnya lahir
lengkap di dalam air. Kemudian sesegera mungkin dibawa kepermukaan secara
“gentle”. Pada saat bayi telah lahir kepala bayi berada diatas permukaan air
dan badannya masih di dalam air untuk menghindari hipotermia, mencegah
transfusi ibu ke bayi. Sewaktu kepala bayi telah berada di atas air, jangan
merendamnya kembali.
6.
Sewaktu bayi lahir,
kepala bayi dikendalikan dengan gerakan yang lembut, muka ke bawah, dan muncul
dari dalam air tidak lebih dari 20 detik. Janin dapat diistirahatkan di dada
ibu sambil membersihkan hidung dan mulutnya, jika diperlukan. Penanganan ini
sebaiknya melihat juga panjang tali pusat agar tidak sampai putus. Kemudian
bayi diberi selimut, dan di monitor.
7.
Idealnya, ibu dan bayi
dibantu keluar dari air untuk melahirkan plasenta. Tali pusat di klem dan
dipotong, dan bayi dikeringkan dengan handuk dan diselimuti dan kemudian
diberikan kepada penolong lain, keluarga, atau perawat. Ibu dibantu keluar dari
kolam. Plasenta dapat dilahirkan di dalam air atau di luar tergantung penolong
(Kitzinger, 2000). Ibu dianjurkan menyusui sesegera mungkin setelah bayi lahir
untuk membantu kontraksi uterus dan pengeluaran plasenta. Risiko secara teori
yang dihubungkan dengan efek relaksasi air hangat terhadap otot-otot uterus
termasuk solusio plasenta, emboli air dan peningkatan perdarahan.
F.
Manfaat
Persalinan Secara Water Birth
1.
Untuk ibu
a.
Ibu akan merasa lebih
relaks karena semua otot yang berkaitan dengan proses persalinan menjadi
elastis.
b.
Metode ini juga akan
mempermudah proses mengejan. Sehingga rasa nyeri selama persalinan tidak terlalu
dirasakan.
c.
Di dalam air proses
pembukaan jalan lahir akan berjalan lebih cepat
2.
Untuk bayi
a.
Menurunkan risiko
cedera kepala bayi.
b.
Meskipun belum
dilakukan penelitian mendalam, namun pakar kesehatan meyakini bahwa lahir
dengan metode ini memungkinkan IQ bayi menjadi lebih tinggi dibandingkan bayi
yang lahir dengan metode lain.
c.
Peredaran darah bayi
akan lebih baik, sehingga tubuh bayi akan cepat memerah setelah dilahirkan.
G.
Hal-hal
yang harus dihindari dalam proses persalinan:
1.
Adanya kontra indikasi
seperti pada kehamilan normal, yaitu seperti bayi lahir sungsang.
2.
Adanya penyakit menular
seksual seperti herpes karena virus herpes tidak dapat mati dalam air hangat.
3.
Adanya perkiraan
perdarahan berlebih, preeklampsia, atau infeksi kehamilan.
4.
Kehamilan kembar.
5.
Adanya perkiraan bayi
lahir premature
6.
Adanya mekonium (feses
bayi) yang berlebih.
H.
Kelemahan
Persalinan Secara Water Birth
Adapun
risiko-risiko yang dapat timbul antara lain:
1.
Risiko Maternal
a. Infeksi.
b. Perdarahan
Postpartum.
c. Trauma
Perineum.
2.
Risiko Neonatal
Terdapat risiko penting
secara klinik pada bayi, termasuk masalah pernapasan rupture tali pusat
disertai perdarahan, dan penularan infeksi melalui air antara lain:
a. Terputusnya
Tali Pusat.
b. Takikardi.
c. Infeksi.
d. Hipoksia.
e. Aspirasi
Air dan Tenggelam
I.
Persyaratan
Melahirkan Secara Water Birth
1. Lebih
baik selalu didampingi suami, karena peran suami sangat penting dalam memberikan dukungan bagi ibu dan janin.
2. Latihan
dilakukan rutin dari awal kehamilan.
3. Memiliki
kemauan yang kuat dan rajin berlatih dirumah.
4. Keberhasilan
metode ini sangat tergantung pada keseriusan ibu dalam mempersiapkan kelahiran.
5. Tidak
dapat dilakukan oleh ibu yang memiliki panggul kecil, sehingga harus melahirkan
dengan caesar.
6. Bila
bayi beresiko sungsang lebih baik hindari melakukan waterbirth, karena harus
dioperasi saecar.
7. Bila
sang ibu memiliki penyakit herpes, bisa beresiko menularkan penyakit tersebut
melalui mata, selaput lendir dan tenggorokan bayi, karena kuman herpes dapat
bertahan di air.
8. Tidak
dapat dilakukan jika air ketuban pecah terlebih dahulu. Karena dikhawatirkan
air akan terminum oleh bayi dan tersangkut diparu parunya.
J.
Gambar
Persalinan Water Birth
DAFTAR
PUSTAKA
Siswosuharjo, Suwignyo,
dr. Panduan Lengkap Hamil Sehat. Jakarta : Penebar plus. 2011.
Wickham, Sara.
Midwifery Best Pactice vol. 5. 2008.
Harper, Barbara.
Waterbirth Basic. 2004. Waterbirth International Resource and Referral Service.
Rawal, A Shah, F Stirk,
S Mehtar. Departements of Paediatrics, Obatetrics and Gynaecology, and
Microbiology, North Middlesex Hospital, London. 1994.
Rosanna A.
Zanetti-Daellenbach.European Journal of Obstetrics &Gynecology and
Reproductive Biology. Maternal and neonatal infections and obstetrical outcome
in water birth. 2007.
No comments:
Post a Comment