CARA BERINTERAKSI SOSIAL DI LINGKUNGAN
BARU
oleh : jazilah
Manusia
adalah makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia diciptakan oleh
Tuhan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam menjalani
kehidupan, manusia tentu memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan
sesamanya. Hal ini karena kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan dengan
orang lain.
Manusia
adalah makhluk monodualististis. Artinya, selain sebagai makhluk individu,
manusia juga berperan sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu
bekerja sama dengan orang lain sehingga tercipta sebuah kehidupan yang harmonis
dan damai.
Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah tindakan menuju kebaikan
antar sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu memiliki keinginan
untuk berinteraksi atau menjalin komunikasi dengan orang lain. Interaksi sosial
antar sesama ini sangat penting untuk menjalin ikatan pertemanan dan
persaudaraan. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial kaarena adanya beberapa
alasan :
Adanya dorongan untuk berinteraksi
Manusia tunduk pada aturan norma sosial.
Manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan satu sama lain.
Potensi manusia akan benar-benar
berkembang apabila ia hidup ditengah-tengah manusia.
Sementara
itu, ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial, yaitu :
imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Semua itu adalah sarana bagi setiap
individu untuk bisa masuk dan mempersiapkan dirinya untuk berinteraksi dengan
lingkungan masyarakat. Antara lain, lingkungan keluarga, teman sepermainan,
sekolah, lingkungan kerja, dan media massa.
Persahabatan
adalah bentuk interaksi sosial yang banyak dijumpai disekitar kita.
Persahabatan dapat memberikan banyak pengaruh dalm kehidupan manusia. Oleh
karena itu, manusia sebaiknya cerdas dalam memilih mana sahabat yang baik dan
mana yang tidak baik.
A.
Macam-macam
interaksi sosial
·
Interaksi antar individu
Interaksi antar
individu dapat terjadi secara positif maupun negatif. Interaksi positif terjadi
apabila hubungan yang terjadi saling menguntungkan inilah yang perlu dijaga
dalam interaksi individu. Sedangkan interaksi negatif terjadi apabila hubungan
timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya.
·
Interaksi individu dengan kelompok
Interaksi individu
dengan kelompok ini juga dapat berlangsung secara positif maupun negatif.
Dampak yang dihasilkan dari interaksi positif dan negatif kurang lebih sama
dengan interaksi antar individu. Akan tetapi interaksi individu antar kelompok
akan berdampak lebih luas dibanding interaksi antar individu.
·
Interaksi antar kelompok
Interaksi antar
kelompok terjadi sebagai satu kesatuan. Interaksi ini terjadi bukan karena
keinginan pribadi, tetapi berdasarkan keinginan kelompok.
B.
Faktor-faktor
pendorong interaksi sosial
1. Faktor
imitasi
Faktor pendorong
interaksi sosial yang pertama adalah faktor imitasi. Imitasi merupakan suatu
proses meniru. Proses imitasi bisa terjadi lebih mudah, namun juga mudah
berubah dan tidak bertahan lama. Hal ini disebabkan ketika ada model baru maka
model yang lama akan ditinggalkan dan berubah meniru ke model yang baru.
2. Faktor
sugesti
Faktor pendorong terjadinya
interaksi sosial yang kedua adalah faktor sugesti. Sugesti merupakan suatu
proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau
pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dikritik terlebih dahulu. Sugesti
terjadi karena pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun
dari orang lain, pada umumnya diterima tanpa adanya kritik.
3. Faktor
identifikasi
Faktor pendorong
terjadinya interaksi sosial yang ketiga adalah faktor identifikasi.
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik atau sama
dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Identifikasi ini juga
sangat mirip dengan imitasi. Perbedaannya identifikasi tanpa adanya kesadaran
sedangkan imitasi menyadari secara penuh kalau seseorang mengikuti gaya atau
sikap orang lain.
4. Faktor
simpati
Faktor pendorong
terjadinya interaksi sosial yang keempat adalah faktor simpati. Simpati
merupakan perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain.
Simpati tidak muncul atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian
perasaan seperti juga pada proses identifikasi.
C.
Proses
interaksi
1. Proses
asosiatif
Pada proses asosiatif, bentuk interaksi sosial dapat
meningkatkan hubungan solidaritas antar individu. Interaksi sosial ini terjadi karena
adanya dorongan bersama. Berikut ini bentuk interaksi sosial yang terjadi
karena proses asosiatif.
a. Kerjasama
Bentuk terjadinya suatu
proses interaksi sosial yang paling utama adalah kerjasama. Kerjasama adalah
suatu usaha bersama, baik perorangan maupun kelompok, untuk mencapai satu atau
beberapa tujuan bersama.
1) Kerukunan
Kerukunan adalah sikap
saling menghargai dan menghormati ketika dua orang atau lebih hidup
berdampingan. Kerukunan adalah kedamaian dan kerjasama yang terjalin antara dua
pihak.
2) Tawar-menawar
Tawar-menawar adalah
bentuk kerjasama yang terjadi saat pertukaran barang dan jasa antara dua orang
atau kelompok.
3) Kooptasi
Kooptasi adalah
kerjasama dalam bentuk mau menerima pendapat atau ide orang atau kelompok lain.
Hal ini diperlukan agar kerjasama dapat berlanjut dengan baik.
4) Koalisi
Koalisi adalah bentuk
kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai kesamaan tujuan.
Koalisi dilakukan agar memperoleh hasil yang lebih besar.
5) Joint
venture
Joint venture adalah
bentuk kerjasama yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Kerjasama ini
mengharapkan hasil atau keuntungan yang lebih besar.
b. Akomodasi
Akomodasi
digunakan dalam dua arti yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan menunjuk pada
suatu proses.akomodasi sebagai suatu keadaan merujuk pada suatu keseimbangan
dalam interaksi diantara orang-orang yang berkaitan dengan norma-norma sosial
dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan dalam suatu
proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi
mempunyai tujuan untuk mengurangi pertentangan, memungkinkan terjadinya
kerjasama, dan mengusahakan peleburan antara kelompok sosial.
2. Proses
disosiatif
Proses disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial
yang dapat merenggangkan hubungan solidaritas antar individu atau kelompok.
Proses disosiatif meliputi pesaingan, kontravensi dan konflik.
a. Persaingan
Persaingan adalah
proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan
melalui suatu bidang yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian
umum. Beberapa bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan
kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.
b. Kontravensi
Kontravensi merupakan
suatu bentuk proses interaksi sosial yang berada antara persaingan dan
pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi
terhadap orang lain atau unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Secara umum
bentuk kontravensi meliputi penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan
menghalang-halangi, protes, dan mengecewakan rencana pihak lain.
c. Pertikaian
Interaksi sosial dalam bentuk
pertikaian terjadi jika masing-masing pihak yang sedang mengadakan interaksi
tidak menemukan kesalahpahaman mengenai sesuatu. Ketidaksepaham ini berlanjut
menjadi adu kekuatan, lalu timbul adanya pertikaian. Pertikaian tersebut dapat
bersifat sementara atau terus-menerus.