Tuesday, 25 November 2014

cara berinteraksi sosial



CARA BERINTERAKSI SOSIAL DI LINGKUNGAN BARU 

oleh : jazilah  

Manusia adalah makhluk hidup yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain. Dalam menjalani kehidupan, manusia tentu memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Hal ini karena kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan dengan orang lain.
Manusia adalah makhluk monodualististis. Artinya, selain sebagai makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu bekerja sama dengan orang lain sehingga tercipta sebuah kehidupan yang harmonis dan damai.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah tindakan menuju kebaikan antar sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu memiliki keinginan untuk berinteraksi atau menjalin komunikasi dengan orang lain. Interaksi sosial antar sesama ini sangat penting untuk menjalin ikatan pertemanan dan persaudaraan. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial kaarena adanya beberapa alasan :
*      Adanya dorongan untuk berinteraksi
*      Manusia tunduk pada aturan norma sosial.
*      Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan satu sama lain.
*      Potensi manusia akan benar-benar berkembang apabila ia hidup ditengah-tengah manusia.
Sementara itu, ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial, yaitu : imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Semua itu adalah sarana bagi setiap individu untuk bisa masuk dan mempersiapkan dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarakat. Antara lain, lingkungan keluarga, teman sepermainan, sekolah, lingkungan kerja, dan media massa.
Persahabatan adalah bentuk interaksi sosial yang banyak dijumpai disekitar kita. Persahabatan dapat memberikan banyak pengaruh dalm kehidupan manusia. Oleh karena itu, manusia sebaiknya cerdas dalam memilih mana sahabat yang baik dan mana yang tidak baik.
A.    Macam-macam interaksi sosial
·         Interaksi antar individu
Interaksi antar individu dapat terjadi secara positif maupun negatif. Interaksi positif terjadi apabila hubungan yang terjadi saling menguntungkan inilah yang perlu dijaga dalam interaksi individu. Sedangkan interaksi negatif terjadi apabila hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya.
·         Interaksi individu dengan kelompok
Interaksi individu dengan kelompok ini juga dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Dampak yang dihasilkan dari interaksi positif dan negatif kurang lebih sama dengan interaksi antar individu. Akan tetapi interaksi individu antar kelompok akan berdampak lebih luas dibanding interaksi antar individu.
·         Interaksi antar kelompok
Interaksi antar kelompok terjadi sebagai satu kesatuan. Interaksi ini terjadi bukan karena keinginan pribadi, tetapi berdasarkan keinginan kelompok.

B.     Faktor-faktor pendorong interaksi sosial
1.      Faktor imitasi
Faktor pendorong interaksi sosial yang pertama adalah faktor imitasi. Imitasi merupakan suatu proses meniru. Proses imitasi bisa terjadi lebih mudah, namun juga mudah berubah dan tidak bertahan lama. Hal ini disebabkan ketika ada model baru maka model yang lama akan ditinggalkan dan berubah meniru ke model yang baru.
2.      Faktor sugesti
Faktor pendorong terjadinya interaksi sosial yang kedua adalah faktor sugesti. Sugesti merupakan suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dikritik terlebih dahulu. Sugesti terjadi karena pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, pada umumnya diterima tanpa adanya kritik.
3.      Faktor identifikasi
Faktor pendorong terjadinya interaksi sosial yang ketiga adalah faktor identifikasi. Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik atau sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Identifikasi ini juga sangat mirip dengan imitasi. Perbedaannya identifikasi tanpa adanya kesadaran sedangkan imitasi menyadari secara penuh kalau seseorang mengikuti gaya atau sikap orang lain.
4.      Faktor simpati
Faktor pendorong terjadinya interaksi sosial yang keempat adalah faktor simpati. Simpati merupakan perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati tidak muncul atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi.

C.    Proses interaksi
1.      Proses asosiatif
Pada proses asosiatif, bentuk interaksi sosial dapat meningkatkan hubungan solidaritas antar individu. Interaksi sosial ini terjadi karena adanya dorongan bersama. Berikut ini bentuk interaksi sosial yang terjadi karena proses asosiatif.
a.       Kerjasama
Bentuk terjadinya suatu proses interaksi sosial yang paling utama adalah kerjasama. Kerjasama adalah suatu usaha bersama, baik perorangan maupun kelompok, untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.
1)      Kerukunan
Kerukunan adalah sikap saling menghargai dan menghormati ketika dua orang atau lebih hidup berdampingan. Kerukunan adalah kedamaian dan kerjasama yang terjalin antara dua pihak.

2)      Tawar-menawar
Tawar-menawar adalah bentuk kerjasama yang terjadi saat pertukaran barang dan jasa antara dua orang atau kelompok.
3)      Kooptasi
Kooptasi adalah kerjasama dalam bentuk mau menerima pendapat atau ide orang atau kelompok lain. Hal ini diperlukan agar kerjasama dapat berlanjut dengan baik.
4)      Koalisi
Koalisi adalah bentuk kerjasama antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai kesamaan tujuan. Koalisi dilakukan agar memperoleh hasil yang lebih besar.
5)      Joint venture
Joint venture adalah bentuk kerjasama yang dilakukan oleh beberapa perusahaan. Kerjasama ini mengharapkan hasil atau keuntungan yang lebih besar.
b.      Akomodasi
Akomodasi digunakan dalam dua arti yaitu menunjuk pada suatu keadaan dan menunjuk pada suatu proses.akomodasi sebagai suatu keadaan merujuk pada suatu keseimbangan dalam interaksi diantara orang-orang yang berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sedangkan dalam suatu proses akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi mempunyai tujuan untuk mengurangi pertentangan, memungkinkan terjadinya kerjasama, dan mengusahakan peleburan antara kelompok sosial.






2.      Proses disosiatif
Proses disosiatif merupakan bentuk interaksi sosial yang dapat merenggangkan hubungan solidaritas antar individu atau kelompok. Proses disosiatif meliputi pesaingan, kontravensi dan konflik.
a.       Persaingan
Persaingan adalah proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui suatu bidang yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum. Beberapa bentuk persaingan antara lain persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, serta persaingan ras.
b.      Kontravensi
Kontravensi merupakan suatu bentuk proses interaksi sosial yang berada antara persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Secara umum bentuk kontravensi meliputi penolakan, keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi, protes, dan mengecewakan rencana pihak lain.
c.       Pertikaian
Interaksi sosial dalam bentuk pertikaian terjadi jika masing-masing pihak yang sedang mengadakan interaksi tidak menemukan kesalahpahaman mengenai sesuatu. Ketidaksepaham ini berlanjut menjadi adu kekuatan, lalu timbul adanya pertikaian. Pertikaian tersebut dapat bersifat sementara atau terus-menerus.

adaptasi psikologi pada bumil Trimester I



  Perubahan dan Adaptasi Psikologi Pada Kehamilan
Perubahan Psikologis Trimester I (Periode Penyesuaian)
Trimester pertama ini sering dirujuk kepada masa penentuan. Penentuan membuat fakta wanita bahwa ia hamil.
Trimester pertama juga sering merupakan masa kekhawatiran dari penantian.Segera setelah konsepsi kadar hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh akan meningkat dan ini menyebabkan timbulnya mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci kehamilannya. Banyak ibu yang merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan. Seringkali, biasanya pada awal kehamilannya, ibu berharap untuk tidak hamil. Hampir 80% kecewa, menolak, gelisah, depresi dan murung.
Kejadian gangguan jiwa sebesar 15% pada trimester I yang kebanyakan pada kehamilan pertama. Menurut kumar dan robson (1978) 12% wanita yang mendatangi klinik menderita depresi terutama pada mereka yang ingin menggugurkan kandungannya.
Perubahan psikologis yang terjadi pada kehamilan trimester I didasari pada teori Revarubin. Teori ini menekankan pada pencapaian peran sebagai ibu, dimana untuk mencapai peran ini seorang wanita memerlukan proses belajar melalui serangkaian aktifitas.
Beberapa tahapan aktifitas penting seseorang menjadi ibu :
a.       Taking On
Seorang wanita dalam pencapaian peran sebagai ibu akan memulainya dengan meniru dan melakukan peran ibu.
b.      Taking In
Seorang wanita sudah mulai membayangkan peran yang dilakukan
c.       Letting Go
Wanita mengingat kembali proses dan aktifitas yang sudah dilakukannya.
Kehamilan pada trimester I ini cenderung terjadi pada tahapan aktifitas yang dilalui seorang ibu dalam mencapai perannya yaitu pada tahap taking on. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda - tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya kepada orang lain atau dirahasiakannya.
Para wanita juga mungkin akan mengalami ketakutan dan fantasi selama kehamilan, khususnya tentang perubahan pada tubuhnya. Mereka khawatir terhadap perubahan fisik dan psikologisnya, jika mereka multigravida, kecemasan berhubungan dengan pengalaman yang lalu. Banyak wanita hamil yang mimpi seperti nyata, dimana hal ini sangat menggangu. Mimpinya seringkali tentang bayinya yang bisa diartikan oleh ibu apalagi bila tidak menyenangkan.
1.      Bentuk motivasi:
a.    Motivasi suami
Reaksi pertama seorang pria ketika mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah adalah timbulnya kebanggaan atas kemampuannya mempunyai keturunan bercampur dengan keprihatinan akan kesiapannya menjadi seorang ayah dan menjadi pencari nafkah untuk keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan keadaan ibu yang mulai hamil dan menghindari hubungan seks karena takut akan mencederai bayinya. Ada pula pria yang hasrat seksualnya terhadap wanita hamil relatif lebih besar. Disamping respon yang diperlihatkannya, seorang ayah dapat memahami keadaan ini dan menerimanya.
Zaman dahulu seorang suami ikut mendukung kehamilan istrinya dengan ritual-ritual keagamaan. Berbeda dengan dukungan yang diberikan oleh suami pada saat ini, bentuk dukungan yang diberikan oleh suami lebih pada :
a)      Untuk saling berkomunikasi dari sejak awal
b)      Menempatkan nilai – nilai penting dalam keluarga untuk mempersiapkan menjadi orang tua
b.    Motivasi keluarga
Wanita hamil sering kali merasakan ketergantungan terhadap orang lain. Tapi mungkin bisa menjadi lebih kuat sesudah bayinya lahir hal ini bisa dipahami karena pada waktu itu wanita memerlukan keamanan dan perhatian dari seseorang yang sangat dominan baginya. Keluarga dalam hal ini harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua.



2.      Stress yang Terjadi Pada Kehamilan Trimester I
Ada 2 tipe stress yaitu yang negatif dan positif, kedua stress ini dapat mempengaruhi reaksi individu. Ada pula yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik.
Stress intrinsik berhubungan dengan tujuan pribadi dari individu, yang mana individu berusaha untuk membuat sesempurna mungkin baik dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan sosialnya secara profesional. Stress ekstrinsik timbul karena faktor eksternal seperti rasa sakit,kehilangan, kesendirian dan masa reproduksi.
Menurut Burnard (1991) stress selama masa reproduksi dapat dihubungkan dengan 3 aspek utama yaitu :
1.      Stress di dalam individu
2.      Stress yang disebakan oleh pihak lain
3.      Stress yang disebabkan penyesuaian terhadap tekanan social
Stress dari dalam diri dapat terjadi berkenaan dengan kegelisahan terhadap kemampuan beradaptasi dengan kejadian kehamilannya.
1.    Memperkuat Ikatan
Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kehamilan memberikan kesempatan pada seorang ibu untuk saling memperkuat hubungan. Dan hubungan yang kuat lebih penting dari yang lainnya. Masa-masa kehamilan, persalinan dan bulan-bulan sesudahnya merupakan saat – saat yang sulit. Semakin dekat pada awalnya, akan semakin baik akhirnya. Jadi, pada saat hidup masih relatif normal, luangkan waktu untuk berdua, berbicara tentang perasaan pasangannya. Betapapun bahagianya atau sibuknya pasangan suami istri, kegelisahan yang timbul karena kondisi baru merupakan suatu yang normal.
2.    Kehamilan dan Libido
Hasrat untuk melakukan hubungan seks, pada wanita pada trimester pertama ini berbeda- beda. Walaupun pada beberapa wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi, kebanyakan mereka mengalami penurunan libido selama periode ini. Keadaan ini menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakan kuat untuk mencintai namun tanpa hubungan seks. Libido sangat dipengaruhi oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan dan kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal dari proses kehamilan pada trimester pertama.
3.    Kehamilan dan Olahraga
Setelah hamil, mayoritas wanita dapat melanjutkan aktivitas biasa mereka. Tidak ada bukti bahwa aktivitas yang teratur, seperti jogging, bermain tennis, berenang, atau melakukan hubungan seks, dapat menimbulkan masalah seperti keguguran atau fetal malformation (janin yang cacat) pada kebanyakan wanita normal dan sehat. Kebanyakan dokter melarang program olahraga baru yang dimulai pada saat hamil, kecuali latihan-latihan prenatal yang dirancang khusus untuk wanita hamil. Latihan-latihan yang paling menguntungkan bagi wanita hamil adalah latihan dengan gerakan yang menguatkan dinding perut untuk membantu menopang uterus dan otot pinggul yang akan anda butuhkan untuk mendorong. Latihan kaki juga penting untuk meningkatkan sirkulasi dan menghindari kram otot yang merupakan sesuatu yang biasa dalam kehamilan.