Monday, 29 September 2014

Tubektomi (MOW)

Oleh: NURYANI




Sejalan dengan perkembangan teknologi, banyak ditemukan berbagai jenis metode untuk mencegah kehamilan. Ada yang berupa suntik, IUD, implant, pil KB, kondom, vasektomi pada pria serta tubektomi (MOW) pada wanita. 
Tubektomi (MOW) adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan dengan menyumbat atau memotong kedua saluran telur (tuba falopii). Mekanismenya yaitu dengan menutup/oklusi tuba falopii dengan mengikat dan memotong/memasang cincin sehingga spermatozoa tidak dapat bertemu dengan ovum.
Keuntungan dari MOW antara lain:
a.       Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan selama setahun pertama penggunaan)
b.      Tidak mempengaruhi proses menyusui
c.       Tidak mempengaruhi senggama
d.      Tidak ada efek smping dalam jangka panjang
e.       Baik bagi klien apabila terjadi kehamilan akan menimbulkan resiko yang serius
Keterbatasan dari MOW antara lain:
a.       Harus dipertimbangkan lagi sifat permanen metode kontrasepsi ini karena tidak dapat dipulihkan kembali
b.      Klien dapat menyesal dikemudian hari
c.       Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka pendek setelah tindakan
d.      Harus dilakukan oleh dokter yang terlatih
e.       Tidak terlindung dari IMS dan HIV/AIDS
Yang dapat menggunakan kontrasepsi MOW merupakan ibu yang berusia >26 tahun, sudah memiliki >2 anak, yakin telah memiliki anggota keluarga yang sesuai dengan keinginan, paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini. Yang tidak bisa menggunakan kontrasepsi MOW adalah ibu yang sedang hamil maupun diduga hamil, perdarahan vaginam yang belum diketahui penyebabnya, menderita infeksi sistemik atau pelvic yang akut dan kurang yakin mengenai keinginan untuk fertilitas di masa depan.
Pada kontrasepsi MOW pembedahan dapat dilakukan setiap waktu selama siklus haid apabila diyakini klien tidak sedang hamil, hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus haid, pascapersalinan dan pascakeguguran. Dalam kontrasepsi MOW juga terdapat beberapa komplikasi yang mungkin terjadi antara lain terjadinya infeksi pada luka sayatan, demam pasca dilakukan operasi, rasa sakit pada lokasi pembedahan, perdarahan superfisial, hematoma (subkutan) luka kandung kemih (jarang terjadi).

No comments:

Post a Comment