Monday, 29 September 2014

Rupture Uteri Pada Kehamilan

Oleh: Al Afifka Feviansyah





Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi yang berasal dari faktor ibu adalah penyulit kehamilan seperti ruptur uteri dan diabetes mellitus. Ruptur uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium. Ruptur uteri atau robekan uterus merupakan peristiwa yang sangat berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan, kadang-kadang juga pada kehamilan tua. Robekan pada uterus dapat ditemukan untuk sebagian besar pada bagian bawah uterus. Pada robekan ini kadang-kadang vagina atas ikut serta pula.
Apabila robekan tidak terjadi pada uterus melainkan pada vagina bagian atas hal itu dinamakan kolpaporeksis. Apabila pada ruptur uteri peritoneum pada permukaan uterus ikut robek, hal itu dinamakan ruptur uteri kompleta, jika tidak ruptur uteri inkompleta. Pinggir ruptur biasanya tidak rata, letaknya pada uterus melintang atau membujur atau miring dan bisa agak ke kiri atau ke kanan. Ada kemungkinan pula terdapat robekan dinding kandung kencing.
Penyebab dari ruptur uteri adalah disproporsi janin, dan panggul, persalinan macet atau traumatic. Apabila dalam persalinan lama mengeluh nyeri hebat pada perut bawah, diikuti dengan syokdan perdarahan di vagina, maka robekan tersebut akan mencapai kandung kemih dan organ vital di sekitarnya. Risiko infeksi dan angka kematian bayi sangat tinggi.
Faktor predisposisi lainnya yang sering ditemukan pada ruptur uteri adalah riwayat operasi atau manipulasi yang mengakibatkan trauma seperti kuretase atau perforasi. Stimulasi uterus secara berlebihan atau kurang tepat dengan oksitosin, yaitu suatu penyebab yang sebelumnya lazim ditemukan, tampak semakin berkurang. Umumnya, uterus yang sebelumnya tidak pernah mengalami trauma dan persalinan berlangsung spontan, tidak akan terus berkontraksi dengan kuat sehingga merusak dirinya sendiri.
Penanganan
  • Berikan segera cairan isotonic (ringer laktat atau garam fisiologis) 500 ml dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomi.
  • Lakukan laparatomi untuk melahirkan bayi dan plasenta
  • Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan reparasi uterus.
  • Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan lakukan histerektomi (operasipengangkatan rahim)
  • Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drain dari kavum abdomen.
  • Berikan antibiotika dan serum tetanus. Bila terdapat tanda-tanda infeksi (demam, menggigil, darah bercampur cairan ketuban berbau) segera berikan antibiotic spectrum luas. Bila terdapat tanda-tanda trauma alat genitalia atau luka yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid. Bila hasil anamnesis tidak dapat memastikan perlindungan terhadap tetanus, berikan serum antitetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5 ml (IM)
 

No comments:

Post a Comment